Selasa, 13 Juli 2021

                                            

                                           

                                              Pelatihan Belajar Menulis Gelombang 19 & 20

Resume ke 1: Writer’s block

Sri Andayani

Assalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh.

Alhamdulillah saya bersyukur sekali pada Allah SWT yang memperkenankan saya menuliskan resume pelatihan menulis gelombang 19 & 20  asuhan  Baapak Wijaya Kusuma Atau biasa dipanggil Om Jay oleh rekan-rekan sesama penulis maupun calon penulis. Dalam kesempitan waktu antara mengajar dan belajar menulis ini, saya menyempatkan mengikuti pelatihan menulis  yang rencananya hingga 20 pertemuan atau bahkan  ada tambahan waktu hingga 30 pertemuan. Mudah-mudahan saya bisa mengikutinya dengan rutin.                                                         

Pada pertemuan pertama ini kelas diisi oleh seorang narasumber beken dari kota Solo yaitu ibu Sri Sugiastuti atau biasa di sapa dengan sebutan Ibu Kanjeng dari Keraton Solo.  Beliau adalah seorang inspirator, kurator, motivator juga seorang editor.Kegiatan ini dimoderatori oleh seorang ibu yang sangat lincah dan piawai dalam memandu  jalannya pelatihan  ini, yaitu ibu Aam dari Lebak Banten. Beliau adalah juga dulunya peserta pelatihan gelombang  sebelumnya Acara dibuka dengan  doa Bersama .

Kelas belajar ini dibagi menjadi 3 sesi antara lain: sesi pembukaaan, sesi materi dan tanya jawab. Ibu Kanjeng malam ini mengambil tema: Jadikan Menulis Sebagai Passion. Dari melihat judulnya saja sudah sangat menarik. Menulis sebagai Passion? Wow, sungguh membuat saya ingin tahu lebih lanjut. Kenapa demikian? Ini berhubungan dengan kondisi pribadi saya. Saya sebenarnya suka menulis. Saya sering ikut pelatihan-pelatihan menulis dari banyak kelas. Buku-buku saya juga sudah lumayan banyak, berupa beberapa karya solo maupun banyak antologi. Tetapi meski demikian saya merasa masih kurang ilmu dan salah satu kekurangan saya adalah saya sedikit kurang passion atau gairah dalam menulis. Bukan karena malas. Tetapi saya kadang-kadang mengalami writer’s block. Yaitu kemacetan dalam menulis. Saya seperti kurang ide atau kalau sudah punya saya seperti bingung apa yang akan saya lanjutkan,hingga akhirnya tulisan saya tinggalkan, macet. 

Pembahasan Ibu kanjeng sangat tepat dengan kondisi saya,sehingga setidaknya mampu menjawab sedikitnya permasalahan saya. Karena itu saya sangat berterima kasih. Benar apa kata ibu kanjeng bahwa segala bentuk hambatan itu sebenarnya adalah datang dari dalam diri kita sendiri. Kita banyak mendapat  pemahaman dari orang lain, para pakar menulis, para narasumber yang berpengalaman, tetapi semuanya akan Kembali pada diri kita sendiri, motivasi dan semangat kita untuk tetap berkomitmen dalam menulis. Karena itu menurut ibu Kanjeng harus ada alasan bagi kita untuk menulis, sebagai motivasi diri kita, misalnya orientasi material,eksistensial,personal, sosial ,juga spiritual.

Bagaimana agar seseorang bisa mewujudkan impiannya untuk menghasilkan karya sendiri berupa buku? Tentu saja ada beberapa cara menurut ibu Kanjeng antara lain:  banyak membaca berbagai buku baik cetak maupun e book, mengikuti tulisan-tulisan di medsos hingga kita tahu kemauan pasar, berdiskusi dengan sesama penulis baik secara langsung mupun lewat buku karyanya sehingga kita akan menemukan ide-ide baru dari ide orang lain walaupun itu bukan menjilak tetapi mungkin berupa modifikasi dari karya kita.

Yang tak kalah penting adalah membangun masyarakat sosial yang terdiri dari para penulis hingga kita menemukan teman yang akan mensupport dan memberikan kritik dan saran pada kita supaya tulisan kita menjadi lebih baik. Masyarakat penulis ini bisa berupa komunitas-komunitas penulis atau kelas-kelas pelatihan menulis sebagai sarana kita untuk berani  menampilkan karya kita sekaligus unjuk kebolehan menulis di arena sesama penulis. Ini akan sangat bagus bagi penulis untuk kualitas dan kemajuan kepenulisannya sekaligus juga sebagai tempat untuk ajang promosi buku karyanya.

Menulis merupakan proses belajar. Tentu saja membutuhkan waktu, tidak serta merta jadi. Apa saja persiapan-persiapan kita sebelum menulis? Dalam paparannya ibu Kanjeng memberikan gambaran pada kita beberapa cara ,antara lain:

·         Menggali dan menemukan gagasan: Untuk menemukan gagasan tidaklah muda, penulis harus melakukan pengamatan,riset,maupun baca kajian  Pustaka. Tetapi kadang gagasan akan muncul secara tiba-tiba atau bahkan berasal dari orang lain, seperti misalnya saat Om Jay melemparkan gambar buah Pisang lalu meminta siapa saja menulis apa saja tentang pisang.

·         Menentukan tujuan: Menentukan tujuan sangat penting agar apa yang kita tulis berhasil, harus ada target apakah tulisan kita berupa fiksi atau non fiksi, target pembaca kita siapa usianya berapa dan sebagainya.

·         Menentukan topik: Menentukan topik sangat penting karena akan memfokuskan arah tulisan kita ,apakah bertopik Kesehatan,pendidikn, anak inklusi , dan sebagainya.

·         Membuat outline:  Untuk mempermudah kepenulisan,kita buat kerangkanya dulu, berapa bagian, tiap bagian membahas apa.

·         Mengumpulkan bahan/materi/buku sumber: Banyak-banyak membaca, membaca apasaja, baik buku atau kondisi masyarakat.

·          Dan yang terakhir sekaligus pesan dari Ibu Kanjeng adalah mulailah menulis,menulis ,dan menulis, dan jadikan buku.

 


6 komentar: