Rabu, 10 April 2019

PENDIDIKAN DI ABAD MILENIA


MENGELOLA SISWA DI ABAD MILENIA
Dunia nyata anak abad 21
Anak anak jaman now kata orang memiliki kecenderungan serba cuek terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di sekitarnya. Mereka lebih enjoy dengan dunia mereka sendiri di bandingkan dengan bersosialisasi dengan masyarakat sekitar atau dengan lingkungan dalam keluarganya sendiri.
Hal ini sebagai dampak dari kemajuan teknologi informasi dan technology digital yang semakin menghapuskan sendi sendi interaksi antar sosial kemasyarakatan dalam kanca pergaulan yang nyata.
Interaksi dan komunikasi orang tua terhadap  anak menjadi berkurang karena tuntutan ekonomi dan dunia kerja. Lepasnya ikatan interaksi didalam keluarga memberi indikasi lepasnya kontrol keluarga didalam perkembangan kepribadian anak. Banyak dari anggota keluarga yang  memiliki kesibukan dan kegiatan sendiri  sehingga hak hak anak terabaikan oleh orang tua.
Lemahnya kontrol keluarga tersebut terkadang dimanfaatkan oleh orang orang yang kurang bertanggung jawab.  Anak anak mencari atau menciptakan kesibukan sendiri dan lama kelamaan ini akan membentuk suatu kebiasaan. Pada akhirnya, mereka membentuk komunitas baru didalam kehidupan mereka yang sesuai dengan keinginan mereka tetapi kadang ini cenderung kearah negatif.
Inilah yang sangat dikuwatirkan, mereka bisa saja terjebak didalam kancah pergaulan yang negatif yang jauh dari pengawasan orang tua. Ataupun orang lain yang memanfaatkan keberadaan mereka demi kepentingan meraka sendiri. Narkoba, tren melukai tangan dengan silet ,pelacuran anak, bulying,  gang motor, sex bebas, LGBT atau bentuk kenakalan remaaja lainnya .
Bentuk bentuk perilaku yang menyimpang dari tatanan sosial tersebut saat ini dipermudah oleh sarana atau media yang serba canggih; medsos, gadzet dan bentuk bentuk aplikasi android lainnya yang jumlahnya tak terhitung banyaknya, dengan berbagai layanan aplikasi yang selalu baru dan cenderung menarik minat siswa. Tentu saja semua itu memberi dampak yang baik dan buruk  bagi anak atau siswa.
Masyarakat berpengaruh besar dan memiliki andil  terhadap  perubahan karakter social  para remaja. Ini bisa kita lihat dari banyaknya warung warung lesean yang dilengkapi dengan fasilitas wify berjejeran di sepanjang jalan, dipojok pojok gang sempit, kampung, maupun di kota kota. Sedemikian maraknya  pemakaian gadzet oleh semua kalangan sudah menjadi hal yang tidak asing lagi. Mereka terlihat konkow walaupun tentu saja mereka beralasan untuk bisnis, tetapi seringkali kita temui anak anak kecil usia sekolah dasar maupun menengah ada di tempat tempat seperti itu . Tentu saja itu bukan lingkungan yang tepat bagi mereka. Mareka nampak asyik sekali di tempat itu, berbaur dengan orang dewasa yang bukan keluarganya. Tidak ada lagi pengawasan dari orang tua tentang apa yang di mainkan dalam gatzetnya atau apapun. Kondisi sosial masyarakat yang seperti itu menampakkan ketidak perdulian dari masyarakat, aparat maupun para pemangku kekuasaan di wilayah atau daerah tersebut.
Sering kita dengar atau lihat  dibeberapa kota maupun daerah terlibat bentrok antar pelajar, kebrutalan perilaku pelajar terhadap guru maupun orang tua, kurangnya tata krama dan kesantunan terhadap orang yang lebih tua, membunuh teman sendiri karena hal yang sepele, mencuri, dan merampok kesemua itu merupakan bentuk kenakalan anak anak akibat dari dampak ketidak perdulian keluarga dan masyarakat sosial. Dan jeleknya adalah semua bentuk berita atau kejadian itu mudah saja di sebar melalui medsos tanpa adanya  filterisasi atau saringan terlebih dahulu. Siswa mudah saja meng-upload vidio , gambar , atau ujaran yang kurang pantas ,atau  yang gampang menyulut emosi orang banyak. Dan lebih aneh lagi mereka pun menirunya. Tidak heran, banyak siswa tidak berbahasa yang santun terhadap guru ataupun orang yang lebih tua. Mereka juga bersikap kurang sopan terhadap guru. Fenomena itu bagaikan membooming di seluruh negeri ini. Ada kesamaan sikap dan karakter siswa di seluruh siswa di sekolah ini. Inilah yang harus diwaspadai oleh para guru dan orang tua . Dan ini juga seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memikirkan pemecahannya. 
  Walaupun gejala kenakalan remaja tersebut tidak semua siswa melakukannya, tetapi dikhawatirkan hal ini akan menular pada siswa yang lainnya . Sekolah harus bertindak tegas terhadap kekeliruan karakter ini.Sekolah harus segera menegakkan aturan yang tegas terhadap kejanggalan  perilaku ini, tetapi sekolah juga butuh perlindungan hukum yang kuat dalam mengatasi permasalahan itu. Karena ada indikasi setiap ada permasalahan terhadap siswa pasti guru yang selalu di persalahkan. Inilah dilemah para guru disekolah, Bagaikan makan buah simalakama bertindak ini salah melakukan ini keliru.
Perubahan perilaku anak yang negatif mencerminkan polah asuh yang keliru dari orang tua terhadap anaknya. Pada kenyataannya, lingkungan sekitarjuga  ikut berperan besar dalam  memberi nuansa perubahan  perilaku anak. Baik buruknya keluarga dan masyarakat  sekitar memberikan  pengaruh baik dan buruknya perkembangan kepribadian anak.
 Pada akhirnya, sekolahlah yang menjadi tumpuhan orang tua untuk menitipkan putra putrinya dalam pengawasan  pendidikan putra putri mereka. Mereka menganggap sekolah  cukup mampu mewakili ketidakberdayaan mereka dalam mengurusi perkembangan perilaku dan kepribadian anak anak mereka.
Ini adalah anggapan dan pemahaman yang keliru dari sebagian orang tua terhadap sekolah. Mereka justru lebih banyak lepas tangan terhadap pendidikan perilaku dan karakter anak anak mereka. Pada hal karakter anak seharusnya terbentuk dari rumah mereka sendiri. Orng tuanyalah yang seharusnya membentuk karakter dan kepribadian mereka. Karena kita tahu orang tualah yang lebih banyak tahu latar belakang dan segala hal yang berkenaan dengan informasi tentang anak anak mereka sejak dari riwayat kehamilan ataupun sejak dari kelahirannya. Peran orang tua tidak tergantikan oleh siapapun ,baik guru,pengasuh ,ataupun sanak keluarga mereka. Hendaknya ini disadari betul oleh para orang tua.
Bagaimana seharusnya peran Sekolah?
Sekolah  saat ini lebih cenderung menjadi ibu asuh bagi siswa disekolah. Sekolah harus mampu  menyesuaikan program sekolah dengan kebutuhan siswa dan kesulitan para orang tua. Sekolah harus mampu mengantisipasi Fenomena Anak jaman Now yang serba cuek terhadap situasi dan kondisi  dan cenderung bersikap semau gue, mengabaikan norma kesopanan dan lebih suka melanggar tata  susila didalam masyarakat? Ini adalah tugas berat sekolah yang dalam hal ini tentu saja para pekerjaan bagi para guru. Sebagai agen of  change Karakter bagi siswa ,sekolah diharapkan mampu mengubah karakter siswa yang buruk menjadi berkarakter lebih baik. Ini tugas berat, dan tentu saja diperlukan kerja sama dari berbagai pihak,orang tua ,masyarakat,pemerintah,instansi terkait dan juga adanya payung hukum bagi guru untuk melindungi kerja guru dalam melaksanakan.
Tetapi haruslah selalu diingat bahwa tidak semuanya tugas mendidik anak harus diserahkan kepada sekolah. Tugas utama mendidik anak tetaplah di pundak para orang tua, sekolah hanyalah membantu dan memberi penguatan dalam menegakkan kedisiplinan dalam menaati peraturan yang bisa membawa anak anak menjadi manusia yang seperti diharapkan oleh orang tua yaitu menjadi manusia yang bermartabat dimata manuasia lain dan Tuhan.
Sekolah hanya membantu membentuk anak anak memiliki karakter karakter baik bagi anak didiknya. Sekolah menciptakan peraturan sekolah dan pembinaannya, agar ditaati oleh segenap anggota sekolah. Sekolah  menuntut setiap para siswanya  untuk taat, oleh karena itu berbagai jenis disiplin  diadakan. Tujuannya adalah untuk menciptakan ketertiban ,keteraturan,kenyamanan ketentraman bagi semua warga sekolah. Tetapi harus diingat bahwa Peraturan yang di buat sebisa mungkin  meningkatkan mental sehat  dan memberikan cukup kebebasan siswa untuk berbuat dan bertanggung jawab sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri. Pelaksanaan kedisplinan harus tanpa bulu dan tidak  memihak sebagian siswa maupun guru. Jangan sampai ada siswa yang merasa dikucilkan dan di benci. Sehingga timbul rasa ketidak adilan dan kesewenang wenangan diantara mereka. Yang pada akhirnya menimbulkan rasa dendam dan sikap emosional .
Di rumah, seharusnya orang tua juga menerapkan kedisiplinan yang sama, sehingga apa yang di terapkan di sekolah sinkron dengan yang diterapkan di rumah. Dalam hal ini dibutuhkan komunikasi yang baik antara pihak sekolah dan orang tua. Jika di sekolah dan dirumah  anak membiasakan hal hal yang baik dalam  melakukan pembiasaan kedisiplinan, menegakkan peraturan, dan menciptakan rasa kasih sayang akan mewujudkan kesempatan kepada anak untuk berkembang  dan berbuat sesuai dengan kemampuannya, bahkan akan berkembang  menjadi disiplin diri (self discipline) yang didasari rasa keikhlasan yang untuk patuh dan taat terhadap peraturan. Disiplin diri harus dibentuk melalui:
1.      Hubungan emosional yang kondusif antara guru dan siswa dan orang tua.
2.      Adanya contoh keteladanan dari para guru dan orang tua.Pengembangan disiplin adalah penataan lingkungan yang match dengan kondisi anak.
3.      Menciptakan lingkungan sekolah yang cocok dengan kebutuhan siswa.
4.      Adanya saling ketergantungan satu sama lain dalam berintraksi
5.      Guru serta orang tua memiliki wibawa dalam penerapannya.
Kalau senua pihak di lingkungan berperan sesuai dengan peranannya masing masing maka sekolah sebagai agen of change karakter siswa akan  mampu mengubah perilaku karakter yang buruk menjadi lebih baik akan berhasil.


Minggu, 10 Februari 2019

testimony menulis




           Ingin serius menulis? Ikuti program  KJB (Kelas Jadi Buku) . Sebuah kelas  program kepenulisan yang memberikan pelatihan menulis bagi para penulis baru atau yang senior yang ingin mutu menulisnya semakin berkibar di seantereo jagat.Dengan ikut program ini kita bisa belajar ,berlatih menulis dan berdiskusi dengan sesama penulis dan calon penulis dengan di pandu oleh para pakar penulis terkenal.Bergabung di sini memberi peserta  pemahaman dan tuntunan tentang  dunia tulis menulis.Peserta akan  semakin memahami apa saja  tugasnya sebagai  penulis dan apa tujuannya menulis.Disini para peserta bertemu dengan banyak penulis dari berbagi daerah diseluruh Indonesia walaupun mereka berasal  dari  berbagai  macam profesi.Mereka  bisa sharing ide ide dan pengetahuan seputar menulis.
               Mereka juga  bisa menjadi akrap walaupun berbeda profesi dan latar belakang .Tetapi para peserta  disatukan oleh tujuan yang sama yaitu belajar menjadi penulis beneran.Didalam program, ada yang disebut KMO (Kelas Menulis Online).Semua peserta di kelompok kelompokkan menjadi beberapa kelas .Masing masing kelas saling berdiskusi tentang materi atau tema yang sudah di tetapkan bersama. Dan setiap kelas ada Pj (penanggung Jawabnya ).Peserta juga bisa saling berkomunikasi dengan para pemandu untuk bertanya atau minta petunjuk tentang menulis.Hari ini adalah deadline terakhir mengumpulkan tugas pertama, yaitu menulis testimony tentang KJB.Sayang sekali hpku agak rewel padahal  ini jam sudah menunjuk angka 19.47 aku belum juga menyelesaikan testimoniku.Tinggal beberapa kata saja yang harus ku ketik.Tetapi aku belum bisa membuka hpku untuk mencari tahu tentang program ini leibh lanjut.

Menunggu part 2



MENUNGGU  part 2
Bagaimanakah perasaan anda ketika  sedang mengharapkan sesuatu tetapi belum ada kejelasannya? Gelisahkah anda? Menunggu atau menanti adalah masa jedah antara dua hal  dalam kurun waktu tertentu. Ada dua kemungkinan, yaitu yang anda harapkan itu pasti ada atau tidak pasti.
Bagi  orang kebanyakan,  masa menunggu bisa merupakan siksaan. Orang  mungkin merasa jenuh ketika menghadapi situasi itu. Pusing kepala, tengok sana tengok sini, hilir mudik,  adalah contoh ekspresi kebosanan ketika menunggu.  Bahkan dalam skala besar, ada yang sampai uring uringan, hingga stress lalu putus asa, Semoga kita terhindar dari ini.
Sebenarnya perasaan tidak mengenakkan itu bisa kita atasi dengan  menyikapinya secara positif.  Kalau pikiran kita menganggap  itu membosankan otomatis kita akan merasakan kebosanan itu. Sebaliknya kalau kita merasakan  sesuatu yang asyik banget maka kita akan mendapatkan keasyikan itu juga. Jadi  semua bergantung pada mindset kita sendiri.  Kita bisa menciptakan pemikiran yang positif  bahwa menunggu itu bukalah sesuatu yang patut untuk dijauhi atau diantipati. Kita bisa mengelolanya untuk menjadikannya sesuatu yang berharga dan menyenangkan.
Semua kembali pada sikap optimis kita  saat  dihadapkan pada situasi tersebut. Masa menunggu bisa menjangkiti siapa saja dan kapan saja. Orang bisa terjebak dalam situasi itu misalnya; karena kemacetan atau   antrian tiket,  mereka harus menunggu pesawat delay dan lain sebagainya.
 Kalau kita menyadari tentang kondisi itu bisa terjadi kapan saja di sekitar kita, maka kita akan mengambil sisi positifnya saja.  Lebih baik kita menikmati masa jedah itu untuk melakukan hal hal kecil yang membuat diri kita senang. Misal  mengobrol dengan teman, membaca buku, atau hanya mengawasi orang orang di sekeliling kita atau mengajak kenalan orag asing dan bercakap cakap dengan mereka, atau asyik sendiri dengan hp kita.  Tentu saja ini baik untuk merefleksikan ketegangan kita di saat penantian.  Kita tidak  akan merasa capek dan bosan. Karena salah satu pemicu stress adalah perasaan jenuh, monoton dan tegang. Tubuh akan terasa lemas, letih lesu dan ada rasa malas yang menyerang tubuh. Wajah akan berubah menjadi pucat karena aliran darah dari jantung menuju keseluruh tubuh terganggu akibat ketegangan otot otot tubuh. Ini terlihat dari adanya rasa kantuk yang sangat dan menguap yang berkali kali.
Lain lagi kalau kita sedang menunggu antrian ke kamar kecil. Wow,  pekerjaan ini harus segera di tuntaskan, kalau tidak akan menjadi masalah bagi kesehatan kita. Tetapi walau bagimanapun dalam situasi seperti ini kita dituntut untuk lebih tetap  sabar dan tetap tenang menunggu giliran.
Lain halnya dengan  para pegiat  pena, “Menunggu itu bisa mengasyikkan”, kata mereka. Moment  seperti ini adalah waktu yang tepat bagi penulis untuk menciptakan karya tulisnya. Apapun suasana hati, ini adalah saatnya ide ide muncul. Perasaan gelisah, resah, harap harap cemas, kesal, berdebar debar atau bosan selalu menghinggapi  siapapun dikala ia sedang menanti. Maka seorang penulis yang kreatif akan segera mengikat ide idenya itu dalam suatu rangkaian tulisan dan disimpannya untuk kemudian dijadikan sebuah karya tulis. Seorang penyair akan segera menciptakan  sebuah karya puisi sentimentil pada saat seperti itu. Sang pencipta lagu mungkin segera menggubahnya menjadi  lagu yang  merdu menyentuh hati.
Bagaimana jika seseorang itu sedang menunggu maut? Bagaimanakah perasaan mereka ketika menunggu maut? Siapakah yang sedang menunggu maut? Orang yang sedang sakitkah? Orang yang tua rentakah? Yang sebenarnya adalah kita semua ini sedang menunggu maut. Karena kita sebenarnya tidak mengetahui kapan malaikat maut itu datang dan membawa kematian kita. Memang kita tidak lantas menantinya tanpa melakukan sesuatu. Tetapi kita selalu diingatkan untuk selalu ingat ada kematian sehingga kita tidak mudah terlena dan lupa akan tugas kehambaan kita kepada Tuhan sang pencipta alam semesta. Tugas manusia hanyalah untuk beribadah kepadaNya, Teringat mati menjadikan kita lebih waspada didalam menjalani kehidupan. Apapun keadaan kita senang ataupun susah harus selalu ingat tujuan kita hidup didunia ini hanyalah untuk beribadah kepada Yang Maha Menciptakan kehidupan itu sendiri, jadi segala apa yang kita lakukan harus didasarkan atas ibadah dan penghambaan kita kepada Tuhan yanng memberi hidup, Allah SWT. Allah berfirman “ Dimana saja kalian berada, kematian pasti akan mendapati kalian, walaupun kalian berada di dalam benteng yang kokoh. (Q.S An Nisaa’{4}:78). Karenanya kita siapkan diri kita dengan bekal keimanan dan sabar menjalankan segala perintah dan meninggalkan larangannya. Masih banyak sekali kisah kisah di sekitar kita yang berkaitan erat dengan situasi ketika sedang menunggu sesuatu, misalnya menunggu pacar, menanti jodoh, menunggu rejeki, dan masih banyak lagi.
                                                                    *******
Kebanyakan ini menimpa para remaja, walau tidak menutup kemungkinan ini terjadi pada orang dewasa. Remaja yang sedang jatuh cinta mungkin akan berdebar debar ketika menunggu balasan dari orang yang dicintainya. Apalagi bila orang yang diharapkannya tersebut tidak memberikan sinyal sinyal yang jelas. Apakah dia akan di tolak atau diterima. Saat menunggu seperti itu hatinya di penuhi dengan penuh dengan kecemasan, sering melamun, menjadi pendiam, atau mengurung diri. Bahkan, ada yang lebih ekstrim lagi sampai melakukan bunuh diri karena merasa tidak mendapatkan respon. Sungguh perbuatan yang sia sia. Mengapa semua itu bisa terjadi? Tidak lain karena mereka tidak tahu makna dari mencintai. Remaja lebih mudah terbawa emosi. Akal pikirannya tidak lagi berjalan. Sehingga hilang akal sehatnya. Keimanan yang dangkal dan jiwa yang labil membuat mereka terjebak ke dalam kondisi putus asa. Mengapa tidak melakukan hal hal yang bisa meningkatkan harkat dirinya sehingga bisa layak untuk di cintai orang yang di harapkannya itu?
Ada lagi cerita lainnya, Setelah perceraian dengan istri yang sangat di cintainya , rupanya temanku  ini belum move on. Banyak yang menyuruhnya untuk menikah lagi. Dia layak  untuk itu,  masih muda, gagah, pekerjaan bagus,  dan tentu saja orangnya baik. Apalagi keluarga dan semua teman temannya selalu mendorongnya untuk segera berumah tangga lagi. Temanku bilang bahwa ada saatnya kita harus menunggu sejenak  setelah perceraian. Dia tak mau untuk segera menikah lagi  karena ada saatnya perlu waktu untuk merenungi segala apa yang sudah pernah dia alami. Diam sejenak adalah emas. Dia harus belajar banyak dari kesalahan pernikahan juga kegagalan dalam membina rumah tangganya. Menunggu dan merenung adalah bagus untuk mencari pencerahan diri dan tidak terjebak didalam keputusan salah untuk yang kesekian kali. Dan pada akhirnya setelah mendapat pencerahan dan ada jodoh yang cocok untuknya diapun berani memutuskan untuk memulai kehidupannya yang baru dan hidup berbahagia. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan niscaya mengadakan jalan keluar. Dan memberinya rejeki dari arah yang tidak di sangka sangka.(Q.S.Ath Thalaaq [65]:2-3]
Bagaimana dengan kisah para jomblowan atau jomblowati yang sedang menantikan jodohnya? Untuk berapa lamakah mereka harus menunggu? Apakah mereka harus diam menanti takdir mereka ataukah harus berikhtiar menjemput jodoh mereka? Ada yang menunggu setahun, dua tahun hingga ada yang mencapai  lima puluh tahun. Apakah tidak ada jodoh untuknya? Jodoh memang tidak bisa dipaksakan. Selain  karena jodoh kita sudah ditentukan oleh Allah, manusia  juga harus menemukannya. Kadang tidak dicari mereka yang datang sendiri. Kadang datangnya tidak terduga, misalnya melalui teman kita, atau teman yang biasa dekat dengan kita, tetapi ternyata itu adalah jodoh kita. Tetapi kadang sampai umur kita mencapai puluhan tahun belum juga menemukan jodoh kita. Disodor sodorkan pada kita pun belum tentu akan jadi kalau itu bukan jodoh kita. Apa ada yang salah dengan diri kita? Apakah kita sendiri yang menjauhkan jodoh kita sendiri dengan menetapkan kriteria kriteria yang teramat tinggi untuk jodoh kita? Sehingga orang lain enggan mendekati kita untuk berkenalan atau untuk dikenalkan pada saudara atau sahabat mereka. Para jomblowan atau jomblowati harus menginstroskpeksi dirinya sendiri.  Hendaklah berusaha baik lewat orang lain atau dirinya sendiri menciptakan jejak dirinya agar orang lain tahu keberadaannya, sehingga mereka akan  terlihat dan mudah dikenali  baik oleh calon pasangannya atau orang yang akan menolongnya untuk mengenalkannya pada jodohnya. Yang terpenting disini adalah mereka harus selalu optimis bahwa jodoh mereka akan datang dan selalu berbuat kebaikan  agar keberadaan meeka bersinar dan pada akhirnya menemukan jodoh. Keyakinan harus selalu di tegakkan dalam setiap diri bahwa Allah sudah menentukan jodohnya. Tinggal kesabaran dalam menunggu dan menemukannya yang harus dikuatkan sambil senantiasa berbuat kebajikan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Allah berfirman “Hi orang orang yang beriman, jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang orang yang sabar”.
  Ada juga yang mengeluhkan kehidupannya karena dari hari kehari dirasakan tetap saja kondisinya. Hidup serba pas pasan, kadang merasa kurang  rejekinya ,”Berpuluh puluh tahun keadaanku seperti ini saja. Rumahpun harus mengontrak. Gajipun  pas pasan hanya cukup untuk makan anak istri . Aku selalu menunggu rejeki datang menghampiriku . Hingga akan mengubah keadaanku”. Itulah yang sering di keluhkannya. Seorang honorer menunggu bertahun tahun untuk segera di akui pengabdiannya, tetapi nasib belum memberi hak haknya. Apakah harus menerima nasibnya begitu saja ataukah harus berbuat sesuatu untuk mengubah takdirnya? Benarkah rejeki akan datang kepada kita? Sebagaimana jodoh, rejekipun datangnya dari Allah. Allahlah yang menetapkan  rejeki bagi seluruh hamba hambaNya tanpa kecuali baik diminta ataupun tidak. Mengapa kita tidak menjemput rejeki kita sendiri? Allah berfirman,” berbuat baiklah kepada semua orang baik kamu dalam keadaan sempit atau lapang. Barang siapa yang memudahkan urusan saudaranya  didunia, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu amatlah berat, kecuali bagi orang orang yang khusyu.(Q.S.Albaqarah [2]:45).
Jadi pada hakekatnya, menunggu sama maknanya dengan sabar karena hubungan antara keduanya sangatlah erat sekali. Menunggu memerlukan kesabaran yang luar biasa. Sebaliknya ketidaksabaran, dalam menunggu hanya akan membuat kita frustasi dengan keadaaan apapun yang terjadi dengan kita.

Data Penulis: Sri Andayani,S.Pd dilahirkan di Sidoarjo 51 tahun yang lalu. Memiliki tiga putra dan putri dan menikah dengan M.Z. Arifin. Pernah berkuliah di IKIP Negeri Surabaya dan  sekarang mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP Negeri 6 Sidoarjo. Menjadi anggota FLP  Angkatan 2017.Telah menerbitkan sebuah buku non fiksi,antologi puisi, antologi cerpen,antologi pantun, dan nubar  buku antologi  beberapa cerpen .Email: andayani152gmail.com.      HP: 081335303252









Menunggu part 1 menunggu ujian



MENUNGGU

“Menunggu” apakah itu menyenangkan?
 Mengawasi anak anak sedang ujian memang sangatlah membosankan,,apalagi aku mendapatkan shift ke-3 , kira kira jam 14.00 hingga 16.00. Wow, dua jam bakalan menjadi moment yang menakutkan bagiku. Aku sudah bisa membayangkan sebelumnya apa yang akan terjadi denganku di tempat itu pada saat saat seperti itu. Karenanya aku mengantisipasi  dan bersiap-siap membawa bekal yang cukup supaya aku tidak menjadi makhluk yang aneh ditempat itu. Kok aneh? Ya ialah betapa tidak aneh kalau kita berkali kali menguap tak berkesudahan.Aku bisa membayangkan bagaimana wajahku ketika menguap.  Tentu saja pada saat menguap wajah kita sungguh sangat memilukan, wajah seperti allien yang payah,wajah bodoh,wajah yang menunjukkan bahwa kita makhluk yang idiot. Nah aku tidak mau terlihat seperti itu kan? Karenanya segera ke penuhi tasku dengan buku buku antology cerpen terbitan FLP tercintaku. Bergegas aku pakai tasku, kukeluarkan motorku, kustarter dan wushhh motorku  melaju kearah tempat yang kutuju . Sebentar Aku telah sampai  sebelum pelaksanaan ujian. Karena memang jam segitulah waktu yng sudah di tentukan oleh panitia ujian unbk di rayonku.
Bel terdengar keras, tanda waktu peserta ujian segera masuk kelas masing masing. Sedangkan para pengawas berkumpul di ruang pimpinan untuk mendengarkan pengarahan seperlunya tentang tata cara dan pelasanaan ujian yang benar, juga tentang tanggung jawab bagi para pengawas dan proktor, serta tekhnisi unbk. Selanjutnya kami menuju ruang kepengawasan yang ada di lantai tiga. Kami susuri ruang ruang kelas, dan akhirnya aku  menemukan sebuah  tangga . Kuikuti anak tangga demi anak tangga,nafasku terasa ngos ngosan.Aduh, sungguh melelahkan rasanya, nafasku bertambah tersengal sengal, dengkul rasanya nyeri. Tetap saja kulangkahkan kakiku perlahan hingga mencapai lantai ketiga, ruang komputer 1. Di situ kulihat para peserta ujian sudah berbaris di sisi sisi jalan, menunggu para pengawas ujian untuk mempersilahkan mereka masuk klas. Satu persatu peserta ujian masuk kelas sambil bersalaman dan mengucapkan salam. Setelah semuanya duduk dengan tertib dan membuka komputer mereka dengan tertib. Aku duduk di depan sebelah kanan, teman sejawat sesama pengawas ada di sebelahku agak jauh. Sebelah kirinya lagi ada satu orang proktor yang sedang memonitor komputer, dan sebelah kirinya lagi seorang teknisi komputer.Ruangan ujian itu bentuknya memanjang terbagi menjadi 3 bagian; antara lain: ruang komputer 1 ,ruang komputer2 dan ruang komputer 3, yang ketiganya tidak dibatasi oleh sekat ruangan sehingga kita bisa memandang semua peserta dari kejauhan. masing masing ruang memiliki pengawas dan proktor, serta teknisi tersendiri.Jumlah peserta didik didalam satu ruang komputer tersebut masing masing 30 siswa dengan jumlah komputer 34 ,sisanya sebagai cadangan manakala ada yang sedang mengalami gangguan.
        Setelah kuedarkan lembar absen peserta ujian satu persatu aku kembali ketempat dudukku semula. Aku mengawasi peserta didik secara keseluruhan, nampak mereka bersungguh sungguh dalam mengerjakan sosal-soal ujian mereka. Mereka nampak tertib dan tenang.
Aku kembali menatap mejaku. Setelah kuisi lembar berita acara, daftar hadir dan pakta integritas, aku mulai bengong. Seperti yang sudah kuperkiraakan sebelumnya. Aku mulai mengeluarkan bekalku. Beberapa menit kemudian aku sudah terhanyut oleh buaian kisah yang ada buku antologiku. Kubaca satu persatu hingga waktu berjalan kira kira satu jam tidak terasa. Buku itu sudah habis aku lumatkan. Aku sudah terpuaskan dengan kisah kisah yang ada di buku itu. Karena jarang sekali aku punya waktu seluang itu untuk membaca. Aku selalu kehabisan waktu baik itu di sekolah, di rumah maupun dimana saja untuk membaca.entahlah sulit sekali mencari waktu saat itu,entah bersembunyi dimana dia. Mungkin saja dia bersembunyi dibalik tugas tugas mengajarku, maupun tugas tugas rumah. Dia senang sekali main petak umpet denganku dibawah kolong tempat tidur, Dulu aku selalu membaca dimanapun dan kapanpun itu, bahkan berjalanpun aku juga membaca ketika ada sesuatu yang menarik perhatianku.
Kulirik teman sesama pengawas disebelahku, Dia terlihat khusuk dengan kitab suci kecil di tangannya. Mulutnya komat kamit  menandakan bahwa dia sedang membaca ayat ayat yang ada didalamnya.”Sungguh cerdas sekali orang ini’, pikirku. Dia masih sangat muda ,usianya kira kira masih 26 tahunan, mengajar di sekolah Islam . Kenapa tak terpikir olehku untuk membawa kitab suci yang sama ya padahal aku juga pingin membaca dan mencari referensi  ayat ayat yang mendukung artikel kepenulisanku. Mungkin ketergesah gesahanku yang membuatku mencot saja buku yang ada didekatku. Itu pengalamanku yang konyol,lain waktu akan ku persiapkan lagi lebih baik.

Ibu yang hebat ,inspirasiku


Ibu Yang hebat
(SRI ANDAYANI)
             Bagiku ia seorang yang inspirative karena dari kesederhanaannya terpancar kekuatan batin yang kuat,
Sebuah karakter yang sangat bagus  untuk di jadikan contoh bagi semua orang yang masih menganggap bahwa nilai nilai ketulusan,keikhlasan, dan pengabdian seorang istri  pada keluargnya ,terutama pada suami dan anak anaknya masih sangat di junjung tinggi. Kehausannya akan menuntut ilmu demi memberikan tauladan langsung pada anak anaknya patut dicontoh. Dia telah melanglang buana mencari ilmu ,mengasah dirinya untuk menjadi wanita hebat yang bernilai tinggi. Seringkali mengikuti pelatihan pelatihan dan majelis mejelis ilmu dengan semangat yang tinggi dan menggebuh gebuh . Ini sering kali terlihat dari caranya menceritakan apa yang baru saja dan yang akan diikutinya. Sungguh wanita yang penuh semangat.Saya sungguh terkesan dari satu sisi ini.
Sebuah keinginan lama yang terpendam yang sudah hampir terlupakan ,bahkan seakan tiada mungkin terbangkitkan ternyata perlahan lahan timbul kembali ke dalam relung hati saya. Keinginan itu dari hari ke hari terus mengganggu, mengusik, bahkan terus menjadi pemikiran saya. Hati saya seakan terus mendorong saya agar segera dapat mewujutkan keinginan itu. Namun dari mana Saya harus memulainya, merupakan sesuatu yang masih belum bisa terpecahkan . Saya kebingungan untuk menjawabnya sendiri, karena keinginan itu tiba tiba muncul saja kedalam benak saya tanpa ada rambu rambu atau tanda tanda bahwa sesuatu yang besar  akan saya lakukan dalam hari hari saya. Seakan saya telah tertidur terlampau lama dalam kelelapan , tanpa adanya gangguan  hingga ketika terbangun karena suatu sebab,seakan akan saya berada dalam suatu situasi yang sangat membingungkan sekaligus mengejutkan. Hal ini terjadi karena ada seseorang yang telah membangunkan tidur  lelap saya.Yang telah membuyarkan mimpi mimpi saya hingga terbang segala arah , entah kemana. Orang yang telah membangunkan saya itu adalah teman saya sendiri ,seorang wanita hebat yang tiada ada kembarannya di muka  bumi  ini saat ini. Dia adalah seorang ibu dari ke tujuh anak yang telah sukses membesarkan putri putrinya dengan nilai nilai kehidupan yang kuanggap patut untuk diteladani. Hal apakah yang telah mempengaruhiku  karena kehadirannya dalam ketenanganku? Berikut adalah kaitannya.
 Keinginanku  menulis sudah lama saya impi impikan sedari dulu. Namun kesempatan untuk melakukannya masih belum ada. Kalaupun ada kesempatan , mood saya belum terbangun. Menurutku menulis bukanlah sekedar menggoreskan pena, tapi menulis adalah menuangkan pemikiran pemikiran bawah sadar kita, kemauan kemauan kita , cita cita kita , pengalaman pengalaman kita ,angan angan kita untuk kemudian menumpahkannya kedalam sebuah goresan pena.     
Namun begitu , itu juga bukanlah suatu yang mudah, karena memang harus ada kaidah kaidah tertentu yang harus ditaati dalam mengkreasikan sebuah karya tulis. Menulis adalah suatu karya seni, yang harus memenuhi syarat syarat untuk menjadikannya menjadi sebuah karya yang bernilai seni yang dapat dinikmati keindahannya , kemanfaatannya, kefantatisannya, kedahsyatan pengaruhnya bagi sang penikmat seni. Gampang sekali kita mencorat coret kertas ketika kita tengah tenggelam dalam kekosongan waktu. Kita bisa  menuliskan lamunan kita ,hal hal yang sedang menggangu kita pada saat itu, kita menuliskan  apa saja yang yang sedang terlintas dalam benak kita. Tetapi itupun belum cukup untuk memenuhi syarat dikatakan karya seni  yang bagus .
Oleh karena itu, adanya syarat syarat tertentu itulah yang menjadikan saya merasa bahwa menulis itu merupakan sebuah karya yang benar –benar hebat antara lain adanya diksi, aturan tata bahasa , kesantunan berbahasa,keabsahan dan keontentikan sumber sumber sebagai bahan penulisan dan sebagainya .  
Bagi saya seorang penulis itu adalah seorang yang sangat hebat, karena ia mampu mewakili Tuhan menjelaskan karya ciptaannya : ia menciptakan karakter seseorang menjadi seorang yang hebat,ia mampu mengubah karakter seseorang yang brengsek menjadi seorang yang bermutu ,ia mampu menginspirasi orang lain untuk berbuat dan melakukan yang terbaik melalui tulisannya,ia mampu membuat orang marah dan emotional karena kritikannya yang pedas dan sebagainya.Ia bahkan mampu mewujudkan keindahan ciptaan Tuhan melalui gambaran gambaran untaian kalimatnya. Wanita yang kusebutka diatas itu adalah salah satu dari para inspiratory.
 Dia seorang temanku yang selalu rajin mengikuti forum forum pelatihan menulis.Ia tidak pernah letih menimbah ilmu kepenulisannya. Ditambah lagi pengalaman putranya yang bekerja di sebuah surat kabar terkenal di kota Surabaya. Ia begitu semangat untuk menulis. Cita citanya yang besar adalah bahwa suatu saat ia akan menjadi seorang penulis di hari hari luangnya. Ajakan temanku untuk mengikuti pelatihan pelatihan menulis menarik hatiku. Satu dua kali aku ikut ,akhirnya aku tertarik juga dengan materi materi pelatihan seakan mengingatkankan ku untuk terus belajar menulis. Hingga pada satu pelatihan menulis  yang diselenggarakan oleh PGRI Jawa Timur  yang bekerja sama dengan IGGI wilayah Jawa Timur  aku ikuti juga. Disana para peserta di beri bekal cara menulis melalui media surat kabar  yang kebetulan pada waktu itu bekerja sama dengan surat kabar  Harian Surya. Pada akhir sesi para peserta di minta untuk untuk menulis  dan mengirimkan hasil karyanya melalui e-mail atau whatsApp. Tetapi sayang sekali tulisanku tidak termasuk kelima tulisan yang dapat penghargaan terbaik.Tepati aku senang bisa ikut serta dalam pelatihan itu.Dan aku sudah mencoba yang  aku bisa .
           Tetapi keinginan untuk terus belajar menulis selalu mengingatkan ku. Dirumah aku membaca lagi tulisanku. Ku baca ulang dan kurevisi, aku juga berkonsultasi dengan Ibu Endah Editor dari surat kabar Surya tentang apa kekurangan dalam tulisanku. Dan akhirnya aku mendapatkan suatu gambaran tentang bagaimana dan apa yang seharusnya aku tulis.Kemudian dalam waktu singkat sesuai deatline,aku harus segera mengirimkan hasil tulisanku .Kemudian tidak berapa lama,aku mendapatkan kabar bahwa tulisanku akan di muat.Wow,bagiku itu berita.Aku tidak menyangkah bahwa tulisanku akan dimuat karena,secara mendadak sekali aku harus segera melampirkan gambar yang sesuai dengan gambaran dari  isi dari  tulisanku.
          Tetapi aku sangat berterima kasih pada Bu  Endah dari Koran Surya yang sudah memberi kesempatan padaku untuk menerbitka tulisanku.Walaupun begitu, aku merasa agak sedikit kecewa karena ternyata yang termuat tidak sepenuhnya hasil tulisanku pyur,tetapi sudah mengalami pengeditan. Dan dari situ aku berpikir bahwa ternyata apa yang kita tulis tidak selalu bisa dimuat di beberapa media ,karena harus mengalami beberapa kali pengeditan hingga benar benar menjadi sebuah tulisan yang layak untuk di terbitkan dan dibaca orang. 
          Aku merasa masih sangat miskin kemampuan dalam menulis .Karena itu aku masih harus banyak belajar,berlatih dan tentu saja banyak membaca untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman penulisan dari pengarang lainnya. Aku juga mulai gemar menuliskan coretan coretan yang sebelumnya suka aku lakukan dengan iseng.Aku mulai menuliskannya dalam bentuk puisi puisi kehidupan. Tidak banyak yang ku tulis tetapi mulai saat itu aku senang untuk menulis lagi. 
         Semangat menulisku ku tularkan pada anak didikku .Aku mencoba menggiatkan kegiatan menulis sebagai suatu pembiasaan pada murid muridku.Aku memfasilitasi anak anak didikku untuk rajin menulis melalui kegiatan menulis di buku harian mereka.Aku memberi tugas menuliskan pengalaman atau peristiwa yang mereka alami dalam sebuahbuku harian.Mereka boleh membuat atau mengkreasikan buku itu sendiri dari sisa sisa kertas buku tulis mereka ,atau beli buku ,yang penting mereka senang melakukannya. 
            Aku tidak memaksakan agar satu kelas menulis semua ,karena aku yakin tidak semua peserta didik memililki kemampuan menulis. Aku membebaskan mereka yang tidak bisa menulis.Tetapi aku sering menyemangati mereka untuk tetap menulisnya.Dari hasil hasil tulisan mereka satu persatu ku beri komentar dan koreksi juga kutambahkan catatan dibawahny ayang berisi motivasi untuk terus semangat menulis ,mereka boleh mengumpulkannya kapanpun mereka sudah sempat menulisnya.Alhamdulillah ,kegiatan itu berjalan cukup baik.Ternyata banyak anak didikku yang pintar dan berbakat menulis. Aku ingin menjadikan kegiatan menulis ini menjadi sebuah pembiasan bagi anak didikku ,hal ini selaras dengan program pemerintah yaitu megembangkan literasi pada para pelajar. Terima kasih temanku engkau sudah menginspirasiku untuk menulis lagi.