Rabu, 10 April 2019

PENDIDIKAN DI ABAD MILENIA


MENGELOLA SISWA DI ABAD MILENIA
Dunia nyata anak abad 21
Anak anak jaman now kata orang memiliki kecenderungan serba cuek terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di sekitarnya. Mereka lebih enjoy dengan dunia mereka sendiri di bandingkan dengan bersosialisasi dengan masyarakat sekitar atau dengan lingkungan dalam keluarganya sendiri.
Hal ini sebagai dampak dari kemajuan teknologi informasi dan technology digital yang semakin menghapuskan sendi sendi interaksi antar sosial kemasyarakatan dalam kanca pergaulan yang nyata.
Interaksi dan komunikasi orang tua terhadap  anak menjadi berkurang karena tuntutan ekonomi dan dunia kerja. Lepasnya ikatan interaksi didalam keluarga memberi indikasi lepasnya kontrol keluarga didalam perkembangan kepribadian anak. Banyak dari anggota keluarga yang  memiliki kesibukan dan kegiatan sendiri  sehingga hak hak anak terabaikan oleh orang tua.
Lemahnya kontrol keluarga tersebut terkadang dimanfaatkan oleh orang orang yang kurang bertanggung jawab.  Anak anak mencari atau menciptakan kesibukan sendiri dan lama kelamaan ini akan membentuk suatu kebiasaan. Pada akhirnya, mereka membentuk komunitas baru didalam kehidupan mereka yang sesuai dengan keinginan mereka tetapi kadang ini cenderung kearah negatif.
Inilah yang sangat dikuwatirkan, mereka bisa saja terjebak didalam kancah pergaulan yang negatif yang jauh dari pengawasan orang tua. Ataupun orang lain yang memanfaatkan keberadaan mereka demi kepentingan meraka sendiri. Narkoba, tren melukai tangan dengan silet ,pelacuran anak, bulying,  gang motor, sex bebas, LGBT atau bentuk kenakalan remaaja lainnya .
Bentuk bentuk perilaku yang menyimpang dari tatanan sosial tersebut saat ini dipermudah oleh sarana atau media yang serba canggih; medsos, gadzet dan bentuk bentuk aplikasi android lainnya yang jumlahnya tak terhitung banyaknya, dengan berbagai layanan aplikasi yang selalu baru dan cenderung menarik minat siswa. Tentu saja semua itu memberi dampak yang baik dan buruk  bagi anak atau siswa.
Masyarakat berpengaruh besar dan memiliki andil  terhadap  perubahan karakter social  para remaja. Ini bisa kita lihat dari banyaknya warung warung lesean yang dilengkapi dengan fasilitas wify berjejeran di sepanjang jalan, dipojok pojok gang sempit, kampung, maupun di kota kota. Sedemikian maraknya  pemakaian gadzet oleh semua kalangan sudah menjadi hal yang tidak asing lagi. Mereka terlihat konkow walaupun tentu saja mereka beralasan untuk bisnis, tetapi seringkali kita temui anak anak kecil usia sekolah dasar maupun menengah ada di tempat tempat seperti itu . Tentu saja itu bukan lingkungan yang tepat bagi mereka. Mareka nampak asyik sekali di tempat itu, berbaur dengan orang dewasa yang bukan keluarganya. Tidak ada lagi pengawasan dari orang tua tentang apa yang di mainkan dalam gatzetnya atau apapun. Kondisi sosial masyarakat yang seperti itu menampakkan ketidak perdulian dari masyarakat, aparat maupun para pemangku kekuasaan di wilayah atau daerah tersebut.
Sering kita dengar atau lihat  dibeberapa kota maupun daerah terlibat bentrok antar pelajar, kebrutalan perilaku pelajar terhadap guru maupun orang tua, kurangnya tata krama dan kesantunan terhadap orang yang lebih tua, membunuh teman sendiri karena hal yang sepele, mencuri, dan merampok kesemua itu merupakan bentuk kenakalan anak anak akibat dari dampak ketidak perdulian keluarga dan masyarakat sosial. Dan jeleknya adalah semua bentuk berita atau kejadian itu mudah saja di sebar melalui medsos tanpa adanya  filterisasi atau saringan terlebih dahulu. Siswa mudah saja meng-upload vidio , gambar , atau ujaran yang kurang pantas ,atau  yang gampang menyulut emosi orang banyak. Dan lebih aneh lagi mereka pun menirunya. Tidak heran, banyak siswa tidak berbahasa yang santun terhadap guru ataupun orang yang lebih tua. Mereka juga bersikap kurang sopan terhadap guru. Fenomena itu bagaikan membooming di seluruh negeri ini. Ada kesamaan sikap dan karakter siswa di seluruh siswa di sekolah ini. Inilah yang harus diwaspadai oleh para guru dan orang tua . Dan ini juga seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memikirkan pemecahannya. 
  Walaupun gejala kenakalan remaja tersebut tidak semua siswa melakukannya, tetapi dikhawatirkan hal ini akan menular pada siswa yang lainnya . Sekolah harus bertindak tegas terhadap kekeliruan karakter ini.Sekolah harus segera menegakkan aturan yang tegas terhadap kejanggalan  perilaku ini, tetapi sekolah juga butuh perlindungan hukum yang kuat dalam mengatasi permasalahan itu. Karena ada indikasi setiap ada permasalahan terhadap siswa pasti guru yang selalu di persalahkan. Inilah dilemah para guru disekolah, Bagaikan makan buah simalakama bertindak ini salah melakukan ini keliru.
Perubahan perilaku anak yang negatif mencerminkan polah asuh yang keliru dari orang tua terhadap anaknya. Pada kenyataannya, lingkungan sekitarjuga  ikut berperan besar dalam  memberi nuansa perubahan  perilaku anak. Baik buruknya keluarga dan masyarakat  sekitar memberikan  pengaruh baik dan buruknya perkembangan kepribadian anak.
 Pada akhirnya, sekolahlah yang menjadi tumpuhan orang tua untuk menitipkan putra putrinya dalam pengawasan  pendidikan putra putri mereka. Mereka menganggap sekolah  cukup mampu mewakili ketidakberdayaan mereka dalam mengurusi perkembangan perilaku dan kepribadian anak anak mereka.
Ini adalah anggapan dan pemahaman yang keliru dari sebagian orang tua terhadap sekolah. Mereka justru lebih banyak lepas tangan terhadap pendidikan perilaku dan karakter anak anak mereka. Pada hal karakter anak seharusnya terbentuk dari rumah mereka sendiri. Orng tuanyalah yang seharusnya membentuk karakter dan kepribadian mereka. Karena kita tahu orang tualah yang lebih banyak tahu latar belakang dan segala hal yang berkenaan dengan informasi tentang anak anak mereka sejak dari riwayat kehamilan ataupun sejak dari kelahirannya. Peran orang tua tidak tergantikan oleh siapapun ,baik guru,pengasuh ,ataupun sanak keluarga mereka. Hendaknya ini disadari betul oleh para orang tua.
Bagaimana seharusnya peran Sekolah?
Sekolah  saat ini lebih cenderung menjadi ibu asuh bagi siswa disekolah. Sekolah harus mampu  menyesuaikan program sekolah dengan kebutuhan siswa dan kesulitan para orang tua. Sekolah harus mampu mengantisipasi Fenomena Anak jaman Now yang serba cuek terhadap situasi dan kondisi  dan cenderung bersikap semau gue, mengabaikan norma kesopanan dan lebih suka melanggar tata  susila didalam masyarakat? Ini adalah tugas berat sekolah yang dalam hal ini tentu saja para pekerjaan bagi para guru. Sebagai agen of  change Karakter bagi siswa ,sekolah diharapkan mampu mengubah karakter siswa yang buruk menjadi berkarakter lebih baik. Ini tugas berat, dan tentu saja diperlukan kerja sama dari berbagai pihak,orang tua ,masyarakat,pemerintah,instansi terkait dan juga adanya payung hukum bagi guru untuk melindungi kerja guru dalam melaksanakan.
Tetapi haruslah selalu diingat bahwa tidak semuanya tugas mendidik anak harus diserahkan kepada sekolah. Tugas utama mendidik anak tetaplah di pundak para orang tua, sekolah hanyalah membantu dan memberi penguatan dalam menegakkan kedisiplinan dalam menaati peraturan yang bisa membawa anak anak menjadi manusia yang seperti diharapkan oleh orang tua yaitu menjadi manusia yang bermartabat dimata manuasia lain dan Tuhan.
Sekolah hanya membantu membentuk anak anak memiliki karakter karakter baik bagi anak didiknya. Sekolah menciptakan peraturan sekolah dan pembinaannya, agar ditaati oleh segenap anggota sekolah. Sekolah  menuntut setiap para siswanya  untuk taat, oleh karena itu berbagai jenis disiplin  diadakan. Tujuannya adalah untuk menciptakan ketertiban ,keteraturan,kenyamanan ketentraman bagi semua warga sekolah. Tetapi harus diingat bahwa Peraturan yang di buat sebisa mungkin  meningkatkan mental sehat  dan memberikan cukup kebebasan siswa untuk berbuat dan bertanggung jawab sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri. Pelaksanaan kedisplinan harus tanpa bulu dan tidak  memihak sebagian siswa maupun guru. Jangan sampai ada siswa yang merasa dikucilkan dan di benci. Sehingga timbul rasa ketidak adilan dan kesewenang wenangan diantara mereka. Yang pada akhirnya menimbulkan rasa dendam dan sikap emosional .
Di rumah, seharusnya orang tua juga menerapkan kedisiplinan yang sama, sehingga apa yang di terapkan di sekolah sinkron dengan yang diterapkan di rumah. Dalam hal ini dibutuhkan komunikasi yang baik antara pihak sekolah dan orang tua. Jika di sekolah dan dirumah  anak membiasakan hal hal yang baik dalam  melakukan pembiasaan kedisiplinan, menegakkan peraturan, dan menciptakan rasa kasih sayang akan mewujudkan kesempatan kepada anak untuk berkembang  dan berbuat sesuai dengan kemampuannya, bahkan akan berkembang  menjadi disiplin diri (self discipline) yang didasari rasa keikhlasan yang untuk patuh dan taat terhadap peraturan. Disiplin diri harus dibentuk melalui:
1.      Hubungan emosional yang kondusif antara guru dan siswa dan orang tua.
2.      Adanya contoh keteladanan dari para guru dan orang tua.Pengembangan disiplin adalah penataan lingkungan yang match dengan kondisi anak.
3.      Menciptakan lingkungan sekolah yang cocok dengan kebutuhan siswa.
4.      Adanya saling ketergantungan satu sama lain dalam berintraksi
5.      Guru serta orang tua memiliki wibawa dalam penerapannya.
Kalau senua pihak di lingkungan berperan sesuai dengan peranannya masing masing maka sekolah sebagai agen of change karakter siswa akan  mampu mengubah perilaku karakter yang buruk menjadi lebih baik akan berhasil.