Pelatihan Menulis PGRI gelombang 19 dan 20
Resume ke-7 : Menerbitkan Buku Menambah Gengsi Penulis
Oleh : Sri Andayani
Sekali lagi malam ini saya ketinggalan
kelas belajar karena harus mempersiapkan malam tahlil dan pembacaan
doa-doa bagi almarhumah ibuku. Namun aku berusaha mengejar
ketertinggalanku dan mencoba mengerjakan tugas yakni meresume materi
pelatihan yang ke-7 ini, walaupun sebenarnya resume ke-6 masih belum saya
selesaikan karena terkendala waktu untuk membaca materi pelatihannya, dan juga
kesibukanku mengajar, sehingga resume itu masih berupa draft
penulisan.
Mengapa saya mengerjakan yang ke-7 ini terlebih dahulu alasannya agar saya tidak susah mencari materinya sehingga bisa langsung meresumenya sedangkan materi resume yang ke-6, ke-5 dan ke-4 belum dan insyah Allah akan saja kerjakan kemudian. Saya masih kesulitan mnemukan materinya karena harus mengeshrol dari atas.
Sebenarnya
dari WB dan membaca resume dari teman-teman sesama peserta saya bisa
memahami tentang tema pelatihannya, tetapi sebagai penulis tidaklah etis
menulis tanpa mengetahui sumber penulisannya yang nantinya hasil
tulisan saya mungkin bisa tidak valid dan melenceng dari tema atau bahkan
bisa dianggap menjiplak karya dari orang lain. Sebab kita tahu bahwa riset adalah langkah awal sebelum menulis. Melakukan riset bagi penulis sangatlah penting, yakni penulis melakukan penelitian atau melihat, mendengar langsung atau tidak langsung pada objek yang akan
ditulis. Sedangkan pada pelatihan ini objeknya adalah materi yang dibawakan
oleh narasumber, sebagai bahan pembuatan pelaporan atau resume.
Kali ini tema yang diambil yaitu "Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indi. Narasumbernya adalah Mas Raimundus Brian Prasetyawan,S.Pd. Saya panggil mas karena dilihat dari profilnya masih sangat muda. Dari perkenalan yang disampaikan oleh Om Jay selaku pembuka acara, diketahui bahwa beliau adalah seorang guru muda dari Bekasi dengan berjuta prestasi yang mendapat julukan guru mileneal.
Kuliah
malam itu dimoderatori oleh ibu Aam yang sudah kita kenal sebelumnya yaitu
peserta dari gelombang 8 yang dipercaya Om Jay karena segudang prestasinya dalam
karya tulis menulis hingga mampu menerbitkan segudang buku dari hasil
pelatihan menulis ini. Tak lupa saya cuplik pesan Om Jay pada para peserta
pelatihan sebagai penyemangat yaitu " Menulislah Setiap Hari dan Buktikan
Apa Yang Terjadi". Dari Pesan ini seolah-olah kita ditantang untuk terus
berani menulis dalam kondisi apapun hingga sesuatu keajaiban terjadi dan datang pada diri kita. Sebagai penulis sejati kita harus meyakini itu." Terima kasih saya
ucapkan pada Om Jay selaku ketua dan pemilik acara ini yang tidak henti-hentinya
memotivsi para peserta pelatihan menulis ini.
Selanjutnya
ibu Aam memulai memandu acara dengan mendoakan pada para peserta
pelatihan agar selalu bersyukur pada Allah atas kelimpahan rahmatNya hingga
bisa mengikuti pelatihan dengan kondisi sehat walafiat. Dengan bekal
nikmat itu diharapkan para peserta bisa memfokuskan diri mengikuti pelatihan
hingga materi berkhir. Kemudian ibu Aam mempersilahkan Mas Brian yang juga di
kenal sebagai pendiri komunitas Cakrawala Blogger Guru Nasional(Lagerunal) ini
sebagai Narasumber untuk memaparkan materi kuliahnya.
Apakah motivasi penulis bergabung dalam pelatihan menulis ini? Tentu saja menghasilkan buku. Tetapi bisakah? Bagi penulis pemula mungkin itu sesuatu yang sangat mustahil. Ya, dulu saya juga merasakannya pada awal-awal belajar menulis, saya merasa itu tidaklah mungkin. Masak sih saya bisa? Bagaimana caranya? Itulah yang ada di benak saya. Karena dalam pikiran saya sangatlah mustahil untuk menembus penerbit mayor, misal saja Gramedia, Grafindo, Balai Pustaka,dsb. Selain saya tidak memiliki kenalan dari orang yang berkecimpung di penerbit tersebut, pengetahuan tentang cara menerbitkan di penerbit mayor masih sangat minim.
Dan seperti yang dijelaskan oleh Mas Brian bahwa jalan termuda bagi seorang penulis pemula untuk menerbitkan buku adalah melalui penerbit indi. Penerbit indi di sini fungsinya sebagai angin segar bagi penulis karena penulis akan merasa ada wahana bagi dia untuk untuk mewujudkan karyanya sebagai artefak budaya(meminjam istilah bapak M.Khoiri).
Apakah buku merupakan prestasi tertinggi penulis?
Tentu saja pencapaian tertinggi dari seorang penulis adalah jika ia mampu menerbitkan sebuah buku. dan keinginan itulah yang akan memberinya motivasi untuk menulis dan menulis lagi hingga memacu dirinya untuk belajar lagi yang lebih tinggi. Ada tantangan pada diri penulis untuk mencari tahu lebih banyak tentang dunia tulis menulis. Maka penulis akan mencari seseorang atau tempat yang bisa menampung atau menanggapi keingintahuannya itu.
Rasa haus akan ilmu tulis menulis akan menuntunnya ke arah pencarian jati diri. Maka mengikuti kelas-kelas pelatihan menulis adalah sangat tepat bagi penulis terutama yang masih pemula dalam dunia kepenulisan.Tidak hanya satu komunitas bahkan lebih. Ia akan terus mencari komunitas yang sejalan dengan keinginannya. Menemukan komunitas menulis yang sesuai dengan genrenya adalah suatu keuntungan bagi penulis.Di komunitas ini penulis akan saling mendukung, saling memberi semangat dan motivasi untuk maju dan menghasilkan karya.Pastilah ia betah dan akan merasa telah menemukan dunianya. Dia akan bertahan dan terus bergabung hingga tercapai apa yang ditargetkannya, yaitu menerbitkan buku
Contohnya saya, di kelas menulis asuhan Om Jay ini saya seakan menemukan komunitas menulis yang sejalan dengan genre saya. Para peserta yang sebagian besar adalah guru seperti halnya saya memiliki kecenderungan untuk menulis non fiksi seperti walaupun ada juga yang menulis fiksi. Tetapi pengetahuan saya untuk non fiksi masih kurang. Di kelas ini banyak ilmu dan ide-ide yang saya dapat baik dari pemateri maupun dari sesama peserta. Karena itu saya merasa menemukan dunia saya. Saya ingin berkembang lagi setelah mengikuti pelatihan ini. Sudah banyak contoh keberhasilan dari para peserta di pelatihan ini. Banyak yang menghasilkan bukunya sendiri bahkan ada yang puluhan jumlahnya. Demikian juga saya, yang berkeinginan untuk memiliki buku non fiksi bidang kependidikan.
Bisakah saya menembus ke penerbit mayor? Itu suatu pertanyaan yang penuh tantangan bagi saya. Sebagaiman kita tahu bahwa sangatlah susah menembusnya, selain jenis tulisan harus sesuai dengan keinginan penerbit, biasanya setiap penerbit memiliki gaya selingkung sendiri. Selain itu,naskah yang kita kirimkan terkadang sampai berbulan-bulan baru ada kabar kalau diterima atau ditolak dan pekerjaan menunggu lama ini kadang membuat kita patah semangat. Terkadang kita merasa kalau naskah kita tidak layak untuk dijual. Mengapa ini terjadi? Hal ini patut dimaklumi karena penerbit mayor membutuhkan naskah yang benar-benar memiliki nilai jual sebelum dilempar ke pasar karena itu seleksinya sangat ketat.
Bagaimana dengan royaltinya ? Ada dua pola dalam pembagian royalti yaitu pertama penerbit membeli Hak paten dan hak cipta seluruhnya atau membaginya dengan pihak penulis.Dan perhitungannya dihitung dalam jangka waktu tertentu melalui suatu perjanjian antara pihak penulis dengan pihak penerbit. Dari penjelasan yang saya terima penulis akan memperolah royalti sebanyak 5% sampai10% dari hasil penjualan. Biasanya penulis akan mendapatkan royalty dari penerbit setiap 3 atau 6 bulan sekali. Semakin banyak buku yang terjual maka semakin banyak royalty yang dia peroleh. Selain itu masih ada pemotongan pajak ppn dan penulis.
Apakah keuntungan dari menerbitkan buku di penerbit mayor? Tentu saja ada segi untungnya untuk menerbitkan di penerbit mayor. Yang pertama adalah kita tidak perlu mengeluarkan ongkos cetak sampai penerbitannya. Biaya sepenuhnya ditanggung oleh pihak penerbit. Yang kedua penulis tidak perlu lagi mempromosikan bukunya karena pihak penerbit biasanya yang melakukannya bahkan biasanya besar-besaran apalagi kalau itu penerbit besar. Jadi penulis tinggal menunggu hasil penjualan bukunya saja. Yang ketiga, penerbit biaasanya mencetak buku dalam jumlah besar minimal 1000 cetak sehingga semakin banyak buku yang dicetak semakin banyak pula royaty yang didapat.Keempat, bila buku kita sudah dipercaya oleh pihak penerbit mayor maka biasanya kelas kita sebagai penulis juga bertambah naik nilainya rapotnya. Karena itu bagi setiap penulis merupakan suatu impian yang menjadi nyata kalau bukunya bisa diterbitkan oleh penerbit mayor.
Lalu apakah penerbit indi kurang memiliki gengsi? Pendapat itu tidak sepenuhnya benar. Penerbit indi ibarat angin penyejuk bagi penulis pemula. karena penulis akan dengan mudah menerbitkan bukunya. Asalkan dia harus rela membayar sejumlah uang untuk mengganti biaya pracetak, cover, lay out, editing, dsb. Waktu penerbitanpun tidak lama hanya sekitar satu bulan buku sudah terbit dan ber-ISBN. Tetapi penulis harus pandai-pandai mempromosikan bukunya sendiri.
Nah dari buku pertamanya itulah yang akan memacu semangatnya untuk menulis lebih baik lagi lalu menerbitkannya di penerbit mayor. Sekali lagi bagi seorang penulis, menerbitka buku di penerbit mayor lebih memiLiki gengsi dibanding menerbitkan buku di penerbit Indi.
"Menulislah dan buatlah hidupmu berharga dengan tulisanmu"(Sri Andayani)
#Pelatihan Menulis PGRI
#Menulis bareng Om Jay
#Menulis bersama Guru Blogger milenia
Semangat bu Yani, anda hebat, kasih masukan dikit ya, itu tema kenapa jd lebih muda dan ini .... Mungkin edit dulu sebelum posting ya, nama moderatornya juga ....., 💪
BalasHapusTerima kasih krisannya, memang terburu-buru postingnya
HapusKeren
BalasHapusTerima kasih motivasinya. Salam akrab untuk semua
HapusTerus semangat Bu Yani..lanjutkan menulis dan menulis
BalasHapusTerima kasih supportnya
BalasHapus