Minggu, 19 September 2021
"Tempe" dan Kenanganku Tentangnya
Jumat, 30 Juli 2021
Pelatihan Menulis PGRI
gelombang 19 dan 20
Resume ke-9
Tema. : Writer's block
Narasumber: Ditta Widya Utami,S. Pd
Moderator : Maesaroh
Waktu. : Jum'at, 31 /7/21
Pelatihan malam ini sedikit berbeda dari sebelumnya. Narasumber mebawa peserta untuk larut dalam diskusi kecil.
Mbak Ditta Widya Utami , sang narasumber cantik mengawali diskusi
dengan melemparkan sebuah gambar untuk para peserta. Mbak Dita memberi
tantangan pada peserta, dalam waktu 15 menit,peserta harus bisa membuat tulisan
apa saja tentang gambar tersebut yaitu gambar wayang.
Dalam waktu singkat sudah banyak yang mengirimkan
tulisannya,ada yang berupa puisi, artikel, opini dan sebagainya.Lalu apa tujuan
sebenarnya dari tantangan itu, apakah mbak Ditta hanya ingin bermain-main saja
dengan para peserta? Ataukah hanya ingin mengetes kemampuan peserta tentang
kepintarannya menulis? Dan memang para peserta yang sudah mengirimkan
tulisannya patut diacungi jempol karena dalam waktu yang singkat sudah
mampu membuat tulisan indah dan juga bagus. Itu sungguh menandakan
konsentrasi penuh dari para peserta dalam mengikuti pelatihan ini.
Terbukti mereka sangat fokus. Dan fokus sangat diperlukan dalam menulis. Itulah
tujuan dari tantangan mbak Dita dengan gambar itu.
Sebuah awal
pembuka kelas yang sangat bagus dengan sedikit diskusi kecil yang sangat
cantik untuk menarik peserta pada tema yang sebenarnya yaitu writer's
block atau kebuntuan dalam menulis.
Ada beberapa sebab kenapa
penulis mengalami writer's block. Diantaranya adalah
1. Penulis mencoba
beralih ke metode atau teknik baru dalam tulisannya
2. Kelelahan fisik maupun
mental
3.Stress
4. Terlalu perfectionist
Seperti misalnya
kita yang terbiasa menulis genre cerpen, puisi atau artikel, lalu tiba
tiba kita tertarik ikut kelas menulis novel lalu kita diminta menulis novel.
Akhirnya kita bingung karena gak tahu apa yang harus kita tulis,kita
kehilangan ide atau inspirasi, kita sedang mengalami writer's block atau macet
menulis.
Tahukah makna dari
writer's block? Mbak Ditta telah memberikan definisi yang diambil dari
wikipedia yaitu sebagai keadaan saat penulis kehilangan kemampuan menulis
atau tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya. Jika penulis mengalami
kondisi itu biasanya ia lalu meninggalkan novel yang belum jadi tersebut alias
mengambang.
Lalu siapa saja
yang bisa mengalami writer's block? Ini bisa dialami siapa saja baik penulis
pemula maupun penulis mahir.
Bagaimanakah cara
mengatasi kondisi writer's block yang datang pada kita?
Mbak Ditta
memberikan beberapa contoh dari pengalamannya ketika dia mengalami
writer's block yaitu dengan jalan-jalan, naik motor, membaca buku, novel
kesukaan, dan sebagainya. Intinya mengalihkan otak kita pada hal-hal yang
sifatnya menghibur dan menyenangkan hingga mengurangi beban mental dan
spiritual kita. Tidak harus mahal dan menghabiskan jutaan rupiah. Yang
terpenting apa saja yang membuat kita hepi. Kalau sudah begitu pikiran kita
akan segar dan bisa melanjutkan menulis lagi dan jangan
menunda-nundanya lagi.segeralah diselesaikan
Cara lain
untuk mengatasi yaitu membuat outline atau catatan-catatan sehingga
memudahkan untuk melanjutkan tulisan tersebut. Saya biasa menggunakan
color note untuk membuat catatan catatan kecil di hp saya, sehingga kemanapun
saya pergi ataupun dalam kondisi apa saja saya mencatatnya di situ,misal
ketika ada seminar atau webinar saya mencatatnya di situ.
Satu lagi tips
dari mbak Dita yaitu hafalkan kapan saatnya golden timemu untuk menulis. Setiap
orang memiliki golden time yang berbeda. Kalau saya lebih suka menulis pada
malam hari di mana pada saat itu saya sudah terbebas dari segala tanggung
jawab pekerjaan baik urusan mengajar atau rumah. Saya bisa menulis hanya
pada kondisi jiwa dan raga tenang. Dan itu saya temukan pada malam hari.
Permasalahan dari
pak Mulyadi yang juga sedang mengalami writer's block karena harus
mengubah outline penulisan.mbak Dita mencoba membantu solusinya dengan cara
beliau harus menambah referensi baca dan juga harus di cek dulu taknis
tulisannya . Satu pertnyaan dari ibu Netty dari Ntt adakah bagaimana cara
mengatasi tulisan yang tak beraturan, solusinya yaitu dengan terus konsisten
menulis dan menambah jam terbang menulis, dan selanjutnya melakukan self
editing pada tulisan kita.
"Jika kamu lelah istirahatlah, jika kamu sakit berobatlah, jika kamu putus asa maka segera bangkitlah, jika kamu bersedih bergembiralah, jika kamu kehabisan bahan membacalah"
#Pelatihan
Menulis PGRI
#Menulis
bareng Om Jay
#Menulis di blog
Kamis, 29 Juli 2021
BUKU MUARA TULISAN
Pelatihan Menulis PGRI Gelombang 19 dan 2
Resume
ke-8 : Rabu,28 Juli 2021 pukul 19.00 WIB
Narasumber :
Tamrin Dahlan,
Gelombang :19
Nama :
Sri Andayani
Asal sekolah : SMPN
6 Sidoarjo
Kuliah Menulis kali ini agak
berbeda yaitu materinya yang berupa slide-slide sudah di share terlebih dahulu.
Harapannya adalah peserta sudah membacanya dan kemudian di kelas mereka bisa mendiskusikannya
Bersama. Bapak Thamrin Dahlan, sebagai narasumbernya malam ini adalah seorang dosen, purnawirawan polri, Pegiat
literasi, juga pemilik Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan(YPTD), dan juga pemilik
penerbit YPTD. Buku-buku yang ditulisnya juga banyak sekali sekitar 40 n buku.
Pelatihan menulis malam ini
dimoderatori oleh bapak Bambang atau bapak Bams, beliau adalah juga peserta
pelatihan di gelombang sebelumnya, yang karena prestasinya dipercaya menjadi
narasumber,juga moderator beberapa pelatihan termasuk malam ini.
Bapak Bambang kemuadian
mempersilahkan kepada narasumber untuk
memulai kuliahnya,tetapi bapak Thamrin mengatakan bahwa beliau akan memfokuskan
diskusi pada topik bukunya yaitu”Buku
Muara Tulisan dan Buku adalah Mahkota Penulis.”
Dalam paparannya bapak
Thamrin mencoba menyemangati para peserta untuk segera membukukan tulisannya karena
dimasa digital ini segalanya sudah serba mudah. Kemajuan teknologi sudah mampu
mempermudah para penulis membuat buku dan menerbitkannya. Para penulis tidak
perlu repot dan cemas lagi untuk menerbitkan bukunya karena sekarang ini sudah banyak sekali penerbit
indi yang siap mencetak buku-buku mereka. Salah satunya adalah penerbitan buku
milik Bapak Thamrin yaitu YPTD. Modal utama para guru penulis di sini sudah ada
yaitu tulisan di blog.
“Para guru janganlah berhenti
menulis”,demikianlah pesan beliau. Menulislah apa saja. Dari yang terlintas di kepala hingga kegiatan nyata hidupmu. Menulislah tentang kisah-kisah fiksi maupun non fiksi tentang dunia di sekitarmu. Menulislah tentang pengalaman pembelajaranmu, menulislah
tentang tentang orang-orang di dekatmu; siswamu,keluargamu,sahabatmu,lingkunganmu,dan
sebaginya.
Rekamlah apa yang kamu lihat
maupun yang kamu dengar, nyatakan yang kamu harapkan dan angankan dalam tulisan.
Lalu kumpulkan tulisan-tulisanmu yng berserakan di dalam blogmu itu dan
kumpulkan menjadi sebuah buku.
Jadikan tulisanmu itu bermakna,
berharga hingga ia kan menjadi mahkotamu. Lalu orang-orang akan memberimu
sebutan yang membanggakanmu"penulis" sekaligus memberimu tanggung jawab. Kamu akan senang
jika orang menyebutmu sebagai penulis, tetapi sekaligus memberimu beban
tanggung jawab untuk gelarmu itu, yaitu menghasilkan karya tulis yang bagus dan bermutu.
Di komunitas pelatihan ini kebanyakan
pesertanya adalah guru. Narasumber mengingatkan pada para peserta bahwa guru
adalah pencipta peradaban. Dari kerja dan perlakuan guru yang baik terhadap
bidang kerja maupun siswanya sudah pasti
akan menciptakan generasi-generasi peradaban baru.
Guru yang mengajar dengan
hati akan selalu berusaha mengajar dan mendidik siswanya dengan ikhlas. Guru
akan berbuat yang terbaik untuk siswa. Karena itu guru senantiasa mengasah diri
dan kemampuannya untuk terus berinovasi pada pembelajarannya. Ia adalah arsitek
peradaban karena guru yang hebat akan menciptakan siswa-siswa yang hebat pula.Guru
yang mengajar sesuai dengan jamannya siswa pasti akan menghasilkan generasi-genersi
yang innovatif berikutnya.
Bagaimanakah cara agar apa yang dilakukan guru itu dapat menular pada siswanya? Tentu saja program literasi di sekolah harus di kembangkan oleh guru.Keterampilan berliterasi erat kaitannya dengan keterampilan membaca,menulis,berbicara,menghitung, dan juga memecahkan masalah. Kelima macam jenis keterampilan berliterasi tersebut di atas saling berkaitan satu sama lainnya. Guru harus mampu membiasakan berbagai keterampilan berliterasi seperti di atas pada siswa. Ajarkan siswa untuk membiasakan diri menulis.
Bapak Thamrin memberikan
tips-tips menulis,antara lain,anatara lain: Menulislah yang pendek-pendek,
mudah dimengerti, dan runtut. Jika mengalami kemacetan dalam menulis atau tulisanmu
mengambang tanpa penyelesaian jangan ditinggalkan terus saja menulis. Jangan
takut salah PUEBI. Jika selesai menulis lakukan proses editing sendiri dan lakukan
beruang-ulang hingga tulisnmu siap diupload ke media sosial. Kenapa itu perlu?
Bagi Seorang penulis maupun calon penulis medsos sangat penting untuk branding
tulisannya maupun untuk pengakuan dirinya sebagai seorang penulis.
#Pelatihan Menulis PGRI
#Menulis di blog
#Menulis bareng Om Jay
Selasa, 27 Juli 2021
Pelatihan Menulis PGRI Gelombang 19 dan 20
Resume ke-6 : Jum’at,23 Juli 2021 pukul 19.00 WIB
Narasumber : Aam Nur Hasanah,S.Pd
Gelombang :19
Nama : Sri Andayani
Asal sekolah : SMPN 6 Sidoarjo
“Apapun
keadaanmu tetaplah menulis karena di sanalah duniamu” (Sri Andayani)
Saya mencoba
menulis resume ke-6 ini dengan semangat yang tersisa pada saya, walaupun saya
tidak mengikuti kuliah ini secara langsung karena suatu sebab yang tidak
bisa saya tinggalkan.
Ketika saya
menulis resume ke-6 ini saya juga masih belum menyelesaikan resume yang ke-4
dan ke-5. Saya memang ketinggalan materi kuliah ini beberapa kali dan rasanya
saya sangat kehilangan momen berharga.
Kenapa saya
justru harus mendahulukan yang ke-6 dan bukan yang ke-5 atau Ke-4
sebelumnya? Alasannya sederhana saja, materi itulah yang tertangkap oleh saya ketika
pertama saya membuka kelas menulis ini. Di situ sudah banyak link-link blog resume
dari teman-teman peserta. Saya baca satu persatu dan saya berikan komen saya.
Dari situ sedikitnya saya paham sedikit tentang materi pelatihan hari itu.
Tetapi saya masih harus membaca materi seutuhnya agar saya lebih memahaminya.
Apa alasan
saya sampai tertinggal beberapa kali pada kuliah menulis ini? Alasannya
sudah pasti bukan karena malas tetapi pada saat yang bersamaan saya sedang
mengalami musibah. Ibu saya jatuh sakit dan saya harus merawatnya. Beliau
adalah orang tua saya satu-satunya yang masih ada hingga seminggu yang
lalu itu, tetapi hari ini beliau sudah meninggalkan saya untuk
selama-lamanya. Semoga Allah SWT menerima segala amalannya dan mengampuni semua
dosanya. Saya masih berduka untuk itu. Semoga almarhumah kembali ke
hadapan Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa dengan tenang dan damai.
Baiklah,sekarang
saya menuliskan resume ke-5 materi kuliah tanggal 23 Juli 2021 yang bertema “Menulis
Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi.” Materi yang sangat sarat ilmu dan inspiratif
ini dibawakan oleh seorang narasumber yang super hebat yakni ibu Aam Nur
Hasanah,S.Pd, beliau adalah peserta pelatihan gelombang 8 yang juga Sang Juara
1 Lomba Blog PGRI Tingkat Nasional Maret 2021.
Acara malam
itu dimoderatori oleh ibu Maesaroh, Sang blogger milenial. Beliau membagi acara
menjadi 3 sesi, antara lain:
1. Pembukan
2. Penjabaran
Materi(19.00-20.00)
3. Tanya
-jawab(20.00-21.00)
4. Penutup
(21.00-selesai)
Inilah awal mula perjalanan
karier ibu Aam Nur Hasanah dari sebagai penulis, blogger,moderator, hingga
menjadi editor.
Bukan berarti
tanpa kegagalan. Seperti halnya pepatah yang mengatakan “Tak ada gading yang tak
retak,” setiap orang memiliki kelemahan dan ibu Aam mengakui sendiri bahwa beliau
mengalami kegagalan pada awal mula di pelatihan gelombang 8. Namun, kegagalan
itu tidak lantas membuatnya patah semangat. Justru itulah yang memacu jiwanya
untuk dapat berprestasi pada gelombang pelatihan berikutnya.
Dan
yang paling dirasakan sangat mempengaruhinya adalah dukungan dan dorongan
motivasi dari para narasumber yang senantiasa melecutnya sehingga membuatnya
terus bergerak maju. Buku Solo (Mengukir Mimpi Jadi Penulis) yang menjadi
impiannya telah terbit. Itulah jalan muda bagi dirinya mulai terbuka. Impiannya
untuk disebut sebagai penulis sudah tercapai.
Keberhasilannya
ini memacunya untuk berkarya lagi dengan menerbitkan bukunya yang kedua yaitu”Kunci
Sukses Menjadi Moderator Online.” Beliau memilih judul itu berdasarkan
pengalamannya menjadi moderator di kelas pelatihan menulis online ini.Step by
step berbagai peran beliau rangkul. Belaiu pandai memanfaatkan kondisi dan
peluang, juga kemampuannya.Satu peran teraih lalu menginginkan peran lainnya.
Itu syah-syah saja bahkan patut dijadikan tuladan bagi peserta lain yang
membutuhkan motivasi untuk terus bangkit dan berkembang.
Akhirnya dari
seorang penulis kemudian naik tingkat menjadi moderator lalu melecutnya menjadi
seorang kurator lalu kesempatan menjadi seorang editor pun datang. Begitulah
pada akhirnya jika Tuhan sudah membuka pintu rejeki dan kemudahan bagi hambahNya
pastilah itu akan terjadi senyampang seorang itu memiliki keyakinan dan
berusaha untuk mewujudkannya dengan hidayahNya.
Keberhasilan demi
keberhsilan tidak lantas membuatnya pongah sebagai penulis dan enggan untuk
menulis lagi.Tetapi perasaan miskin ilmu tetap dipegangnya kuat-kuat hingga
baliau tidak ragu lagi untuk terus menimbah ilmu diberbagai kesempatan. Selain itu
beliau juga mencoba mengukur kemampuannya di dalam event-event kepenulisan. Dan
jerih payahnya itupun memberinya hasil. Dari sekian peserta di lomba blog HUT
AISEI, beliau msuk 10 besar.Prestasi ini lebih mempresser dirinya untuk
lebih giat lagi menulis di blognya hingga pada saat lomba blog yang
diselenggarakan oleh PGRI beliau menjurai peringkat pertama. Sungguh suatu
prestasi yang sangat luar biasa dan patut dijadikan suri tuladan bagi peserta
atau guru lainnya.
Dari seorang
blogger kemudian beliau melirik profesi lain yang tidak jauh dari dunia tulis
menulis yaitu menjadi seorang editor, yang tugasnya yaitu mengedit calon buku
karya orang lain.
Beberapa
pertanyaan dari para peserta antara lain:
1. Apa
syarat yang harus dipenuhi sebgai seorang curator dan editor?
Jawabnya,
seorang curator harus bisa mengajak peserta untuk membuat satu buku antologi,
menampung naskah dari peserta,berkomunikasih dengan mereka dengan baik, dan
bekerja sama dengan penerbit.
2. Syarat
utama menjadi editor:
Jawabnya: Seorang editor haruslah menguasahi PUEBI,
paham dengan fungsi tanda baca dan penggunaan huruf kapital.
3. Bagaimana
cara memupuk semangat?
Jawabnya:
Untuk memupuk semangat yang mulai luntur beliau mencari sang inspirator dan
motivator. Dan bagi beliau Om Jay dan Bu Kanjeng adalah orang-orang yang
dimaksud.
4. Pernakah
merasa putus asa?
Jawabnya:Tentu
saja beliau pernah putus asa tetapi beliau belajar dari teman
Beberapa tips
yang penting dari beliau antara lain:
1. Jika
narasumber memberikan link blog peserta harus blog walking
2. Berikan
komentar ketika blog walking
3. Jika
narasumber memberikan PPT peserta harus menyimpulkannya
4. Jika
narasumber memberikan link youtube peserta harus mengunjunginya
5. Berikan
sentuhan pengalaman pribadi pada resume anda atau beri ayat al-qur’an untuk
memberi motivasi
6. Buatah
skala prioritas jika mengalami berbagai hambatan
7. Buatlah
branding untuk diri sendiri sehingga anda mudah dikenali oleh orang lain
8. Harus
peka dengan lingkungan terdekat kita untuk mencari sumber-sumber ide penulisan
9. Menulis
sajalah tanpa memikirkan apa yang kita tulis itu bagus atau buruk. Kalau tidak
segera dimulai kapan lagi karena menulis adalah proses dan harus dilatih.
10. Jika sedang
menulis novel tetapi mandeg berhenti dulu lanjutkan kelas menulisnya kalau
sudah final baru dilanjut lagi
11. Untuk menjadi
penulis handal tulislah dari hal-hal yang paling sederhana missal tentang
siswa, teman dsb
12. Cara membuat
konsistensi pada tulisan yang menggantung dengan membuat titik fokus, kerjakan
satu dulu baru berikutnya, jangan semuanya justru terbengkalai. Jika kita
sedang lelah rehat dulu, baca buku,istrahat cari inspirasi dengan nonton tv,
googling, gabung di grup-grup menulis,dsb.
13. Cara
mengatasi benturan-benturan antara lain membenahi kesalahan-kesalahan
sebelumnya. Mengurangi jenis antologi dan memperbanyak buku solo
14. Waktu yang
paling tepat untuk menulis adalah malam
15. Buatlah
resume dengan passion sendiri jangan menjiplak
16. Menulislah
dari hal-hal yang kecil terlebih dan sederhana terlebih dahulu
Pesan
terakhir dari narasumber:
“Jadilah
manusia yang bermanfaat bgi orang lain melalui tulisanmu”
#Pelatihan
Menulis PGRI gelombang 19 dan 20
#Menulis di
blog
#Menulis Bersama
Om Jay
Pelatihan Menulis PGRI gelombang 19 dan 20
Resume ke-7 : Menerbitkan Buku Menambah Gengsi Penulis
Oleh : Sri Andayani
Sekali lagi malam ini saya ketinggalan
kelas belajar karena harus mempersiapkan malam tahlil dan pembacaan
doa-doa bagi almarhumah ibuku. Namun aku berusaha mengejar
ketertinggalanku dan mencoba mengerjakan tugas yakni meresume materi
pelatihan yang ke-7 ini, walaupun sebenarnya resume ke-6 masih belum saya
selesaikan karena terkendala waktu untuk membaca materi pelatihannya, dan juga
kesibukanku mengajar, sehingga resume itu masih berupa draft
penulisan.
Mengapa saya mengerjakan yang ke-7 ini terlebih dahulu alasannya agar saya tidak susah mencari materinya sehingga bisa langsung meresumenya sedangkan materi resume yang ke-6, ke-5 dan ke-4 belum dan insyah Allah akan saja kerjakan kemudian. Saya masih kesulitan mnemukan materinya karena harus mengeshrol dari atas.
Sebenarnya
dari WB dan membaca resume dari teman-teman sesama peserta saya bisa
memahami tentang tema pelatihannya, tetapi sebagai penulis tidaklah etis
menulis tanpa mengetahui sumber penulisannya yang nantinya hasil
tulisan saya mungkin bisa tidak valid dan melenceng dari tema atau bahkan
bisa dianggap menjiplak karya dari orang lain. Sebab kita tahu bahwa riset adalah langkah awal sebelum menulis. Melakukan riset bagi penulis sangatlah penting, yakni penulis melakukan penelitian atau melihat, mendengar langsung atau tidak langsung pada objek yang akan
ditulis. Sedangkan pada pelatihan ini objeknya adalah materi yang dibawakan
oleh narasumber, sebagai bahan pembuatan pelaporan atau resume.
Kali ini tema yang diambil yaitu "Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indi. Narasumbernya adalah Mas Raimundus Brian Prasetyawan,S.Pd. Saya panggil mas karena dilihat dari profilnya masih sangat muda. Dari perkenalan yang disampaikan oleh Om Jay selaku pembuka acara, diketahui bahwa beliau adalah seorang guru muda dari Bekasi dengan berjuta prestasi yang mendapat julukan guru mileneal.
Kuliah
malam itu dimoderatori oleh ibu Aam yang sudah kita kenal sebelumnya yaitu
peserta dari gelombang 8 yang dipercaya Om Jay karena segudang prestasinya dalam
karya tulis menulis hingga mampu menerbitkan segudang buku dari hasil
pelatihan menulis ini. Tak lupa saya cuplik pesan Om Jay pada para peserta
pelatihan sebagai penyemangat yaitu " Menulislah Setiap Hari dan Buktikan
Apa Yang Terjadi". Dari Pesan ini seolah-olah kita ditantang untuk terus
berani menulis dalam kondisi apapun hingga sesuatu keajaiban terjadi dan datang pada diri kita. Sebagai penulis sejati kita harus meyakini itu." Terima kasih saya
ucapkan pada Om Jay selaku ketua dan pemilik acara ini yang tidak henti-hentinya
memotivsi para peserta pelatihan menulis ini.
Selanjutnya
ibu Aam memulai memandu acara dengan mendoakan pada para peserta
pelatihan agar selalu bersyukur pada Allah atas kelimpahan rahmatNya hingga
bisa mengikuti pelatihan dengan kondisi sehat walafiat. Dengan bekal
nikmat itu diharapkan para peserta bisa memfokuskan diri mengikuti pelatihan
hingga materi berkhir. Kemudian ibu Aam mempersilahkan Mas Brian yang juga di
kenal sebagai pendiri komunitas Cakrawala Blogger Guru Nasional(Lagerunal) ini
sebagai Narasumber untuk memaparkan materi kuliahnya.
Apakah motivasi penulis bergabung dalam pelatihan menulis ini? Tentu saja menghasilkan buku. Tetapi bisakah? Bagi penulis pemula mungkin itu sesuatu yang sangat mustahil. Ya, dulu saya juga merasakannya pada awal-awal belajar menulis, saya merasa itu tidaklah mungkin. Masak sih saya bisa? Bagaimana caranya? Itulah yang ada di benak saya. Karena dalam pikiran saya sangatlah mustahil untuk menembus penerbit mayor, misal saja Gramedia, Grafindo, Balai Pustaka,dsb. Selain saya tidak memiliki kenalan dari orang yang berkecimpung di penerbit tersebut, pengetahuan tentang cara menerbitkan di penerbit mayor masih sangat minim.
Dan seperti yang dijelaskan oleh Mas Brian bahwa jalan termuda bagi seorang penulis pemula untuk menerbitkan buku adalah melalui penerbit indi. Penerbit indi di sini fungsinya sebagai angin segar bagi penulis karena penulis akan merasa ada wahana bagi dia untuk untuk mewujudkan karyanya sebagai artefak budaya(meminjam istilah bapak M.Khoiri).
Apakah buku merupakan prestasi tertinggi penulis?
Tentu saja pencapaian tertinggi dari seorang penulis adalah jika ia mampu menerbitkan sebuah buku. dan keinginan itulah yang akan memberinya motivasi untuk menulis dan menulis lagi hingga memacu dirinya untuk belajar lagi yang lebih tinggi. Ada tantangan pada diri penulis untuk mencari tahu lebih banyak tentang dunia tulis menulis. Maka penulis akan mencari seseorang atau tempat yang bisa menampung atau menanggapi keingintahuannya itu.
Rasa haus akan ilmu tulis menulis akan menuntunnya ke arah pencarian jati diri. Maka mengikuti kelas-kelas pelatihan menulis adalah sangat tepat bagi penulis terutama yang masih pemula dalam dunia kepenulisan.Tidak hanya satu komunitas bahkan lebih. Ia akan terus mencari komunitas yang sejalan dengan keinginannya. Menemukan komunitas menulis yang sesuai dengan genrenya adalah suatu keuntungan bagi penulis.Di komunitas ini penulis akan saling mendukung, saling memberi semangat dan motivasi untuk maju dan menghasilkan karya.Pastilah ia betah dan akan merasa telah menemukan dunianya. Dia akan bertahan dan terus bergabung hingga tercapai apa yang ditargetkannya, yaitu menerbitkan buku
Contohnya saya, di kelas menulis asuhan Om Jay ini saya seakan menemukan komunitas menulis yang sejalan dengan genre saya. Para peserta yang sebagian besar adalah guru seperti halnya saya memiliki kecenderungan untuk menulis non fiksi seperti walaupun ada juga yang menulis fiksi. Tetapi pengetahuan saya untuk non fiksi masih kurang. Di kelas ini banyak ilmu dan ide-ide yang saya dapat baik dari pemateri maupun dari sesama peserta. Karena itu saya merasa menemukan dunia saya. Saya ingin berkembang lagi setelah mengikuti pelatihan ini. Sudah banyak contoh keberhasilan dari para peserta di pelatihan ini. Banyak yang menghasilkan bukunya sendiri bahkan ada yang puluhan jumlahnya. Demikian juga saya, yang berkeinginan untuk memiliki buku non fiksi bidang kependidikan.
Bisakah saya menembus ke penerbit mayor? Itu suatu pertanyaan yang penuh tantangan bagi saya. Sebagaiman kita tahu bahwa sangatlah susah menembusnya, selain jenis tulisan harus sesuai dengan keinginan penerbit, biasanya setiap penerbit memiliki gaya selingkung sendiri. Selain itu,naskah yang kita kirimkan terkadang sampai berbulan-bulan baru ada kabar kalau diterima atau ditolak dan pekerjaan menunggu lama ini kadang membuat kita patah semangat. Terkadang kita merasa kalau naskah kita tidak layak untuk dijual. Mengapa ini terjadi? Hal ini patut dimaklumi karena penerbit mayor membutuhkan naskah yang benar-benar memiliki nilai jual sebelum dilempar ke pasar karena itu seleksinya sangat ketat.
Bagaimana dengan royaltinya ? Ada dua pola dalam pembagian royalti yaitu pertama penerbit membeli Hak paten dan hak cipta seluruhnya atau membaginya dengan pihak penulis.Dan perhitungannya dihitung dalam jangka waktu tertentu melalui suatu perjanjian antara pihak penulis dengan pihak penerbit. Dari penjelasan yang saya terima penulis akan memperolah royalti sebanyak 5% sampai10% dari hasil penjualan. Biasanya penulis akan mendapatkan royalty dari penerbit setiap 3 atau 6 bulan sekali. Semakin banyak buku yang terjual maka semakin banyak royalty yang dia peroleh. Selain itu masih ada pemotongan pajak ppn dan penulis.
Apakah keuntungan dari menerbitkan buku di penerbit mayor? Tentu saja ada segi untungnya untuk menerbitkan di penerbit mayor. Yang pertama adalah kita tidak perlu mengeluarkan ongkos cetak sampai penerbitannya. Biaya sepenuhnya ditanggung oleh pihak penerbit. Yang kedua penulis tidak perlu lagi mempromosikan bukunya karena pihak penerbit biasanya yang melakukannya bahkan biasanya besar-besaran apalagi kalau itu penerbit besar. Jadi penulis tinggal menunggu hasil penjualan bukunya saja. Yang ketiga, penerbit biaasanya mencetak buku dalam jumlah besar minimal 1000 cetak sehingga semakin banyak buku yang dicetak semakin banyak pula royaty yang didapat.Keempat, bila buku kita sudah dipercaya oleh pihak penerbit mayor maka biasanya kelas kita sebagai penulis juga bertambah naik nilainya rapotnya. Karena itu bagi setiap penulis merupakan suatu impian yang menjadi nyata kalau bukunya bisa diterbitkan oleh penerbit mayor.
Lalu apakah penerbit indi kurang memiliki gengsi? Pendapat itu tidak sepenuhnya benar. Penerbit indi ibarat angin penyejuk bagi penulis pemula. karena penulis akan dengan mudah menerbitkan bukunya. Asalkan dia harus rela membayar sejumlah uang untuk mengganti biaya pracetak, cover, lay out, editing, dsb. Waktu penerbitanpun tidak lama hanya sekitar satu bulan buku sudah terbit dan ber-ISBN. Tetapi penulis harus pandai-pandai mempromosikan bukunya sendiri.
Nah dari buku pertamanya itulah yang akan memacu semangatnya untuk menulis lebih baik lagi lalu menerbitkannya di penerbit mayor. Sekali lagi bagi seorang penulis, menerbitka buku di penerbit mayor lebih memiLiki gengsi dibanding menerbitkan buku di penerbit Indi.
"Menulislah dan buatlah hidupmu berharga dengan tulisanmu"(Sri Andayani)
#Pelatihan Menulis PGRI
#Menulis bareng Om Jay
#Menulis bersama Guru Blogger milenia
Jumat, 16 Juli 2021
Resume
ke 3
Pelatihan
Menulis Gelombang 19 & 20
“Membongkar
Rahasia Menulis Hingga Menerbitkan Buku”
Oleh Sri Andayani
Malam yang saya tunggu telah tiba. Seperti yang sudah di
sepakati bersama bahwa kelas menulis berikutnya adalah hari ini. Aku senang
sekali bisa berjumpa lewat daring dengan teman-teman sesama penulis di sini.
Aku bisa belajar banyak dari mereka.
Kali ini kelas akan dipandu oleh
seorang narasumber yang berpengalaman di dunia tulis menulis. Bukan hanya itu
beliau adalah seorang multitalenta yang memiliki segudang prestasi kejuaraan
dan pengalaman yang patut dijadikan teladan bagi peserta lainnya. Beliau
seorang guru, operator,curator,moderator juga seorang blogger. Itu saya temukan
pada biografi beliau.
Siapakah
dia? Beliau adalah seorang bloggerwati
yang multitalenta, ibu Rita Wati dari Bali kelahiran Tanjung Pinang. Beliau berdarah
Minang. Kita semua tahu bahwa tanah minang adalah gudangnya para sastrawan dan
sastrawati dan beliau adalah termasuk salah satunya.
Membaca adalah hobinya sejak kecil itulah bekal utama
kecintaannya pada buku hingga hobinya itu juga yang akan mengantarkannya
menjadi penulis hebat. . Malam ini kelas
di moderator oleh bapak Bambang dari Bandung. Dengan gayanya yang semanak bapak bambang mengingatkan kepada semua peserta
agar selalu bersemangat dan tersenyum
mengikuti pelatihan ini agar imun bertambah hingga tubuh tetap sehat dan kuat.
Memulai
paparannya, ibu Rita membongkar kisah awal-mula ia menjadi penulis. Menurut
beliau sebenarnya keinginan menulis sudah terpendam lama sejak muda tetapi
belum ada kesempatan bagi dirinya untuk memulai menulis. Sembari membaca paparannya, hati saya berkata bahwa kisah
ibu Rita itu sama serupa dengan yang
saya alami.
Keinginan
menulis tersebut pada akhirnya menemukan saluran yaitu dengan cara beliau menuliskan apa saja yang terlintas di
benaknya. Hingga dari coretan-coretan itu lahirlah sebuah cerpen. Satu berhasil
dan diteruskan dengan karya coretan lainnya hingga tidak terasa telah tercipta
beberapa cerpen, lalu dilanjutkan hingga menulis sebuah novel.
Sungguh
sesuatu yang patut di banggakan. Dari sesuatu yang awalnya coretan dari hati
hingga menjadi sebuah karya sungguh hal itu merupakan bakat yang terpendam yang
telah menemukan kanalnya. Walaupun pada mulanya ada tarik ulur keraguan dalam
hatinya, antara rasa percaya diri kalau-kalau karyanya itu layak atau tidak
layak di sebut sebagai karya tulis.
Menurut
saya, perasaan seperti itu lumrah dialami oleh penulis pemula. Saya juga pernah
mengalaminya. Sampai sekarang pun, saya masih belum percaya diri kalau ada teman-teman
menyebut saya sebagai penulis. Dengan
rendaah hati saya bilang pada mereka bahw saya bukanlah penulis, Saya hanya sedang belajar menulis.
Sejak
mengikuti kelas menulis inilah rasa percaya diri ibu Rita dibangun. Dengan
semangatnya yang luar biasa beliau mengumpulkan tugasnya dengan cepat hingga mendapatkan
perhatin dari pemilik kelas, apalagi dari tulisannya di blog banyak yang memberinya komentar,hal
ini sangat memberikan rasa percaya dirinya sebagai penulis. Bahwa hasil
tulisannya diakui oleh orang lain apalagi oleh penulis yang sudah memiliki
nama, itu cukup meningkatkan harkat dirinya sebagai penulis.
Itulah
awal mulanya tonggak keberhasilannya. Sejak itu beliau sangat menggebu-gebu
mengikuti pelatihan hingga selesai.
Selain
itu, disela-sela waktunya beliau juga menyempatkan diri menjadi seorang you tuber dengan seringnya
memposting hasil karya digitalnya di media youtube. Selain itu buku-buku karya
nya juga sudah banyak. Tulisannya di blog juga keren-keren. sungguh seorang
yang multitalenta,
Yang
terakhir dari paparan beliau adalah pesannya pada para peserta yaitu bagaimana caranya menulis resume yang
menarik. Beliu memiliki trik tersendiri anatara lain beliau selalu
mengembangkan resume dengan bahasanya sendiri
sesuai dengan gayanya. Kemudian beliau menuliskan kalimat pembuka dan
penutup yang memberi kesan tersendiri pada para pembaca.
“ Pengalaman hidup yang akan membentukmu, apakah kamu menjadi orang sukses ataukah orang yang biasa saja, kamu pilih yang mana?”
# Kelas menulis
#Menulis di blog
Kamis, 15 Juli 2021
Resume menulis ke-2
Kelas
Belajar Menulis Pertemuan ke-2 Gelombang 19 dan 20 Rabu 14 Juli 2021
Jauhilah
Plagiarisme
Sri
Andayani
Alhamdulillah
saya pada akhirnya bisa menuliskan resume belajar menulis bersama Kelas Menulis
PGRI asuhan Bapak Wijaya Kusuma atau Om
Jay. Saya tidak bisa mengikuti sesi ke-2 ini langsung karena tiba-tiba badan saya merasa sangat
capek lalu tiba-tiba saja saya tertidur padahal saya sudah menunggu kelas
belajar ini dari awal.
Tetapi
syukurlah materinya ditulis di WA sehingga saya bisa mengikuti pelajaran keesokan
harinya dan mempelajari materinya. Pada
sesi ke-2 kali ini dibawakan oleh seorang Narasumber handal yakni Ibu May dari
lebak Banten. Beliau adalah mantan peserta menulis pada gelombang 18 di kelas
menulis ini.
Malam
ini yang bertindak sebagai moderator adalah seorang ibu yang mengaku sebagai
NELI dari Banda Aceh, ibu Rita Wati. Ibu Rita membuka kelas dengan ucapan
syukur kepada Allah dan kepada Nabi Muhmmad karena atas berkatNyalah dan atas
bimbingan Nabilah kita semua bisa berkumpul dalam satu forum belajar menulis
secara daring dalam kondisi sehat walafiat. Karena petunjuk nabilah bahwa kita
semua di beri keluasan hati untuk terus mencari ilmu bagi kemaslahatan hudup
kita dan juga orang lain. Lalu ibu Rita mengajak kita semua berdoa agar kita
semua mendapatkan petunjuk dan kemudaan pemahaman dari Allah SWT.
Kelas
ini di bagi menjadi 3 sesi, antara lain: sesi pebukaan, paparan narasumber,
tanya jawab dan penutup. Materi yang di sampaikan oleh ibu Maesaroh,M.Pd adalah
“Trik Cepat Menulis Resume di Blog”.Ibu Mae demikian panggilan untuk ibu
Maesaroh adalah Wanita ayu kelahiran Lebak Banten. Beliau adalah seorang guru
pendidik di SMPN 1 Lebak Banten. Beliau merupakan salah satu peserta
berprestasi pada Kelas Belajar Menulis Gelombang 18. Kepiawaiannya dan Semangatnya
dalam menulis memang patut di acungi jempol. Ibu Mae selalu menjadi yang tercepat
dalam pengumpulan tugas resume di setiap sesi belajar menulis. Beliau dijuluki
seorang blogger Milenia karena kepiawiannya menulis di blog.
Dengan
rendah hati ibu Mae menceritakan awal mulanya dia sebagai peserta kelas menulis
hingga dipercaya sebagai seorang narasumber. Berawal dari pengalamannya menulis
tesis dan seringnya kemampuan itu digunakan untuk membantu teman-temannya
hingga lama kelamanan menjadi suatu kebiasaan menulis, yang membuatnya menjadi
seorang yang sangat handal. Pengalaman yang patut dicatat dan diteladani adalah
kecepatan dalam menulis resume.
Kesungguhan dan fokus sangat penting dalam
belajar. Dalam paparannya beliau menceritakan pengalaman belajarnya antar lain,beliau
selalu menyimak dengan sungguh-sungguh ketika narasumber memaparkan materi dan berusaha memahami sambil memberikann catatan rangkuman,
menyimpulkan isi dan kemudian menuliskannya
dengan gaya penulisan sendiri yang
menarik. Sehingga ketika narasumber selesai memberikan materi beliaupun
juga selesai menuliskan resumenya. Sungguh kemampuan yang sangat luar biasa.
Kebiasaannya itupun memberinya hasil,pada
pertemuan ke 22. Menurut beliau, dalam waktu 2 hari sudah bisa membuat buku
solo yang beliau beri judul “Trik Jitu Menjadi Penulis Milenial” sungguh-sungguh
suatu prestasi yang hebat sekali. Menerbitkan sebuah buku merupkan sebuah
prestasi dan keberhasilan bagi setiap penulis. Sehingga beliau dinyatakan lulus
pada pertemuan ke-23.
Satu hal
yang paling menohok saya adalah kata-kata beliau yang terakhir sebagai penutup
sekaligus pesannya yaitu jangan sekali-kali menjadi plagiator karena itu
pekerjaan yang sangat memalukan bagi seorang penulis, apalagi kalau tulisannya
itu dipublikasikan. Selain harus berhadapan dengan masalah hukum jika si
pemilik tulisan asli menuntut,kita juga tidak akan mendapatkan kepercayaan dari
orang lain atau pembaca. Sebaliknya pembaca adalah orang yang paling kita layanii
karena dari merekah adanya pengakuan tulisan kita. Maka seyogyanya kita memberikan
sajian tulisan yang layak bahkan indah untuk mereka.
Memang
sulit pada awalnya untuk menulis. Dan sebagai awal-awal kita belajar menulis adalah
kita belajar dari tulisan orang lain. Kita bahkan disarankan untuk banyak membaca
hasil karya tulis para penulis kelas wahid sehingga kita bisa belajar dari
mereka. Banyak ide-ide dan gaya penulisan yang berbeda diantara mereka .Tetapi
itu bukan berarti kita menjiplak. Kita bisa meramu ide-ide itu lalu memodifikasinya dengan
gaya penulisan yang kita miliki. Sehingga akan membentuk gaya tulisan
tersendiri bagi kita yang menjadi ciri khas kita.
Hal lain
yang patut di acungi jempol dari beliau adalah semangatnya dalam menulis hingga
dalam waktu singkat yakni 6 bulan sudah menghasilkan beberapa buku. Sungguh
suatu prestasi yang patut dibanggakan.
Bagaimana caranya menulis resume
dengan cepat? Dengan ringkas ibu Mae membuka rahasia tentang trik-triknya
menuis resume cepat paada blognya, anatara lain:
1. Menyiapkan
gawai dan laptop
2. Menyiapkn
mental belajar dan membuat pemikiran positif bahwa resume tercepat itulah yang
akan menarik pembaca
3. Menulis
dengan Bahasa yang menarik
4. Menambahkan
referensi / kutipan dari tokohlain
5. Meramu
tulisan dengan bahasa yang khas
6. Meberi
kutipan
7. Meberikan
narasi pembuka dan penutup
8. Tulisan
dalam paragraf pendek-pendek dan mudah dipahami
Sebagai pesan terakhir dari paparannya,ibu
Mae memberi motivasi pada kita untuk menjadi yang tercepat dalam menyelesaikan
tugas dan menjadi yang terbaik. Satu lagi pesannya yaitu menulislah dengan
penuh keyakinan di blog. Jadikan menulis sebagai kebiasanmu maka menulislah
setiap hari. Jadilah seorang agen perubahan melalui tulisan tetapi jauhilah
plagiarime karena itu merupakan kejahatan dalam kepenulisan.
#Kelas Menulis PGRI
#Menulis Resume di Blog
#Pelatihan Menulis Gelombag 19 & 20
Selasa, 13 Juli 2021
Pelatihan Belajar Menulis Gelombang 19 & 20
Resume ke 1: Writer’s block
Sri Andayani
Assalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh.
Alhamdulillah saya bersyukur sekali pada Allah SWT yang memperkenankan saya menuliskan resume pelatihan menulis gelombang 19 & 20 asuhan Baapak Wijaya Kusuma Atau biasa dipanggil Om Jay oleh rekan-rekan sesama penulis maupun calon penulis. Dalam kesempitan waktu antara mengajar dan belajar menulis ini, saya menyempatkan mengikuti pelatihan menulis yang rencananya hingga 20 pertemuan atau bahkan ada tambahan waktu hingga 30 pertemuan. Mudah-mudahan saya bisa mengikutinya dengan rutin.
Pada pertemuan pertama ini kelas diisi oleh seorang narasumber beken dari kota Solo yaitu ibu Sri Sugiastuti atau biasa di sapa dengan sebutan Ibu Kanjeng dari Keraton Solo. Beliau adalah seorang inspirator, kurator, motivator juga seorang editor.Kegiatan ini dimoderatori oleh seorang ibu yang sangat lincah dan piawai dalam memandu jalannya pelatihan ini, yaitu ibu Aam dari Lebak Banten. Beliau adalah juga dulunya peserta pelatihan gelombang sebelumnya Acara dibuka dengan doa Bersama .
Kelas belajar ini dibagi menjadi 3 sesi antara lain: sesi pembukaaan, sesi materi dan tanya jawab. Ibu Kanjeng malam ini mengambil tema: Jadikan Menulis Sebagai Passion. Dari melihat judulnya saja sudah sangat menarik. Menulis sebagai Passion? Wow, sungguh membuat saya ingin tahu lebih lanjut. Kenapa demikian? Ini berhubungan dengan kondisi pribadi saya. Saya sebenarnya suka menulis. Saya sering ikut pelatihan-pelatihan menulis dari banyak kelas. Buku-buku saya juga sudah lumayan banyak, berupa beberapa karya solo maupun banyak antologi. Tetapi meski demikian saya merasa masih kurang ilmu dan salah satu kekurangan saya adalah saya sedikit kurang passion atau gairah dalam menulis. Bukan karena malas. Tetapi saya kadang-kadang mengalami writer’s block. Yaitu kemacetan dalam menulis. Saya seperti kurang ide atau kalau sudah punya saya seperti bingung apa yang akan saya lanjutkan,hingga akhirnya tulisan saya tinggalkan, macet.
Pembahasan Ibu kanjeng sangat tepat dengan kondisi saya,sehingga setidaknya mampu menjawab sedikitnya permasalahan saya. Karena itu saya sangat berterima kasih. Benar apa kata ibu kanjeng bahwa segala bentuk hambatan itu sebenarnya adalah datang dari dalam diri kita sendiri. Kita banyak mendapat pemahaman dari orang lain, para pakar menulis, para narasumber yang berpengalaman, tetapi semuanya akan Kembali pada diri kita sendiri, motivasi dan semangat kita untuk tetap berkomitmen dalam menulis. Karena itu menurut ibu Kanjeng harus ada alasan bagi kita untuk menulis, sebagai motivasi diri kita, misalnya orientasi material,eksistensial,personal, sosial ,juga spiritual.
Bagaimana agar seseorang bisa mewujudkan impiannya untuk menghasilkan karya sendiri berupa buku? Tentu saja ada beberapa cara menurut ibu Kanjeng antara lain: banyak membaca berbagai buku baik cetak maupun e book, mengikuti tulisan-tulisan di medsos hingga kita tahu kemauan pasar, berdiskusi dengan sesama penulis baik secara langsung mupun lewat buku karyanya sehingga kita akan menemukan ide-ide baru dari ide orang lain walaupun itu bukan menjilak tetapi mungkin berupa modifikasi dari karya kita.
Yang tak kalah penting adalah membangun masyarakat sosial yang terdiri dari para penulis hingga kita menemukan teman yang akan mensupport dan memberikan kritik dan saran pada kita supaya tulisan kita menjadi lebih baik. Masyarakat penulis ini bisa berupa komunitas-komunitas penulis atau kelas-kelas pelatihan menulis sebagai sarana kita untuk berani menampilkan karya kita sekaligus unjuk kebolehan menulis di arena sesama penulis. Ini akan sangat bagus bagi penulis untuk kualitas dan kemajuan kepenulisannya sekaligus juga sebagai tempat untuk ajang promosi buku karyanya.
Menulis merupakan proses belajar. Tentu saja membutuhkan waktu, tidak serta merta jadi. Apa saja persiapan-persiapan kita sebelum menulis? Dalam paparannya ibu Kanjeng memberikan gambaran pada kita beberapa cara ,antara lain:
· Menggali dan menemukan gagasan: Untuk menemukan gagasan tidaklah muda, penulis harus melakukan pengamatan,riset,maupun baca kajian Pustaka. Tetapi kadang gagasan akan muncul secara tiba-tiba atau bahkan berasal dari orang lain, seperti misalnya saat Om Jay melemparkan gambar buah Pisang lalu meminta siapa saja menulis apa saja tentang pisang.
· Menentukan tujuan: Menentukan tujuan sangat penting agar apa yang kita tulis berhasil, harus ada target apakah tulisan kita berupa fiksi atau non fiksi, target pembaca kita siapa usianya berapa dan sebagainya.
· Menentukan topik: Menentukan topik sangat penting karena akan memfokuskan arah tulisan kita ,apakah bertopik Kesehatan,pendidikn, anak inklusi , dan sebagainya.
· Membuat outline: Untuk mempermudah kepenulisan,kita buat kerangkanya dulu, berapa bagian, tiap bagian membahas apa.
· Mengumpulkan bahan/materi/buku sumber: Banyak-banyak membaca, membaca apasaja, baik buku atau kondisi masyarakat.
· Dan yang terakhir sekaligus pesan dari Ibu Kanjeng adalah mulailah menulis,menulis ,dan menulis, dan jadikan buku.