Minggu, 10 Februari 2019

Menunggu part 1 menunggu ujian



MENUNGGU

“Menunggu” apakah itu menyenangkan?
 Mengawasi anak anak sedang ujian memang sangatlah membosankan,,apalagi aku mendapatkan shift ke-3 , kira kira jam 14.00 hingga 16.00. Wow, dua jam bakalan menjadi moment yang menakutkan bagiku. Aku sudah bisa membayangkan sebelumnya apa yang akan terjadi denganku di tempat itu pada saat saat seperti itu. Karenanya aku mengantisipasi  dan bersiap-siap membawa bekal yang cukup supaya aku tidak menjadi makhluk yang aneh ditempat itu. Kok aneh? Ya ialah betapa tidak aneh kalau kita berkali kali menguap tak berkesudahan.Aku bisa membayangkan bagaimana wajahku ketika menguap.  Tentu saja pada saat menguap wajah kita sungguh sangat memilukan, wajah seperti allien yang payah,wajah bodoh,wajah yang menunjukkan bahwa kita makhluk yang idiot. Nah aku tidak mau terlihat seperti itu kan? Karenanya segera ke penuhi tasku dengan buku buku antology cerpen terbitan FLP tercintaku. Bergegas aku pakai tasku, kukeluarkan motorku, kustarter dan wushhh motorku  melaju kearah tempat yang kutuju . Sebentar Aku telah sampai  sebelum pelaksanaan ujian. Karena memang jam segitulah waktu yng sudah di tentukan oleh panitia ujian unbk di rayonku.
Bel terdengar keras, tanda waktu peserta ujian segera masuk kelas masing masing. Sedangkan para pengawas berkumpul di ruang pimpinan untuk mendengarkan pengarahan seperlunya tentang tata cara dan pelasanaan ujian yang benar, juga tentang tanggung jawab bagi para pengawas dan proktor, serta tekhnisi unbk. Selanjutnya kami menuju ruang kepengawasan yang ada di lantai tiga. Kami susuri ruang ruang kelas, dan akhirnya aku  menemukan sebuah  tangga . Kuikuti anak tangga demi anak tangga,nafasku terasa ngos ngosan.Aduh, sungguh melelahkan rasanya, nafasku bertambah tersengal sengal, dengkul rasanya nyeri. Tetap saja kulangkahkan kakiku perlahan hingga mencapai lantai ketiga, ruang komputer 1. Di situ kulihat para peserta ujian sudah berbaris di sisi sisi jalan, menunggu para pengawas ujian untuk mempersilahkan mereka masuk klas. Satu persatu peserta ujian masuk kelas sambil bersalaman dan mengucapkan salam. Setelah semuanya duduk dengan tertib dan membuka komputer mereka dengan tertib. Aku duduk di depan sebelah kanan, teman sejawat sesama pengawas ada di sebelahku agak jauh. Sebelah kirinya lagi ada satu orang proktor yang sedang memonitor komputer, dan sebelah kirinya lagi seorang teknisi komputer.Ruangan ujian itu bentuknya memanjang terbagi menjadi 3 bagian; antara lain: ruang komputer 1 ,ruang komputer2 dan ruang komputer 3, yang ketiganya tidak dibatasi oleh sekat ruangan sehingga kita bisa memandang semua peserta dari kejauhan. masing masing ruang memiliki pengawas dan proktor, serta teknisi tersendiri.Jumlah peserta didik didalam satu ruang komputer tersebut masing masing 30 siswa dengan jumlah komputer 34 ,sisanya sebagai cadangan manakala ada yang sedang mengalami gangguan.
        Setelah kuedarkan lembar absen peserta ujian satu persatu aku kembali ketempat dudukku semula. Aku mengawasi peserta didik secara keseluruhan, nampak mereka bersungguh sungguh dalam mengerjakan sosal-soal ujian mereka. Mereka nampak tertib dan tenang.
Aku kembali menatap mejaku. Setelah kuisi lembar berita acara, daftar hadir dan pakta integritas, aku mulai bengong. Seperti yang sudah kuperkiraakan sebelumnya. Aku mulai mengeluarkan bekalku. Beberapa menit kemudian aku sudah terhanyut oleh buaian kisah yang ada buku antologiku. Kubaca satu persatu hingga waktu berjalan kira kira satu jam tidak terasa. Buku itu sudah habis aku lumatkan. Aku sudah terpuaskan dengan kisah kisah yang ada di buku itu. Karena jarang sekali aku punya waktu seluang itu untuk membaca. Aku selalu kehabisan waktu baik itu di sekolah, di rumah maupun dimana saja untuk membaca.entahlah sulit sekali mencari waktu saat itu,entah bersembunyi dimana dia. Mungkin saja dia bersembunyi dibalik tugas tugas mengajarku, maupun tugas tugas rumah. Dia senang sekali main petak umpet denganku dibawah kolong tempat tidur, Dulu aku selalu membaca dimanapun dan kapanpun itu, bahkan berjalanpun aku juga membaca ketika ada sesuatu yang menarik perhatianku.
Kulirik teman sesama pengawas disebelahku, Dia terlihat khusuk dengan kitab suci kecil di tangannya. Mulutnya komat kamit  menandakan bahwa dia sedang membaca ayat ayat yang ada didalamnya.”Sungguh cerdas sekali orang ini’, pikirku. Dia masih sangat muda ,usianya kira kira masih 26 tahunan, mengajar di sekolah Islam . Kenapa tak terpikir olehku untuk membawa kitab suci yang sama ya padahal aku juga pingin membaca dan mencari referensi  ayat ayat yang mendukung artikel kepenulisanku. Mungkin ketergesah gesahanku yang membuatku mencot saja buku yang ada didekatku. Itu pengalamanku yang konyol,lain waktu akan ku persiapkan lagi lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar