Minggu, 10 Februari 2019

Menunggu part 2



MENUNGGU  part 2
Bagaimanakah perasaan anda ketika  sedang mengharapkan sesuatu tetapi belum ada kejelasannya? Gelisahkah anda? Menunggu atau menanti adalah masa jedah antara dua hal  dalam kurun waktu tertentu. Ada dua kemungkinan, yaitu yang anda harapkan itu pasti ada atau tidak pasti.
Bagi  orang kebanyakan,  masa menunggu bisa merupakan siksaan. Orang  mungkin merasa jenuh ketika menghadapi situasi itu. Pusing kepala, tengok sana tengok sini, hilir mudik,  adalah contoh ekspresi kebosanan ketika menunggu.  Bahkan dalam skala besar, ada yang sampai uring uringan, hingga stress lalu putus asa, Semoga kita terhindar dari ini.
Sebenarnya perasaan tidak mengenakkan itu bisa kita atasi dengan  menyikapinya secara positif.  Kalau pikiran kita menganggap  itu membosankan otomatis kita akan merasakan kebosanan itu. Sebaliknya kalau kita merasakan  sesuatu yang asyik banget maka kita akan mendapatkan keasyikan itu juga. Jadi  semua bergantung pada mindset kita sendiri.  Kita bisa menciptakan pemikiran yang positif  bahwa menunggu itu bukalah sesuatu yang patut untuk dijauhi atau diantipati. Kita bisa mengelolanya untuk menjadikannya sesuatu yang berharga dan menyenangkan.
Semua kembali pada sikap optimis kita  saat  dihadapkan pada situasi tersebut. Masa menunggu bisa menjangkiti siapa saja dan kapan saja. Orang bisa terjebak dalam situasi itu misalnya; karena kemacetan atau   antrian tiket,  mereka harus menunggu pesawat delay dan lain sebagainya.
 Kalau kita menyadari tentang kondisi itu bisa terjadi kapan saja di sekitar kita, maka kita akan mengambil sisi positifnya saja.  Lebih baik kita menikmati masa jedah itu untuk melakukan hal hal kecil yang membuat diri kita senang. Misal  mengobrol dengan teman, membaca buku, atau hanya mengawasi orang orang di sekeliling kita atau mengajak kenalan orag asing dan bercakap cakap dengan mereka, atau asyik sendiri dengan hp kita.  Tentu saja ini baik untuk merefleksikan ketegangan kita di saat penantian.  Kita tidak  akan merasa capek dan bosan. Karena salah satu pemicu stress adalah perasaan jenuh, monoton dan tegang. Tubuh akan terasa lemas, letih lesu dan ada rasa malas yang menyerang tubuh. Wajah akan berubah menjadi pucat karena aliran darah dari jantung menuju keseluruh tubuh terganggu akibat ketegangan otot otot tubuh. Ini terlihat dari adanya rasa kantuk yang sangat dan menguap yang berkali kali.
Lain lagi kalau kita sedang menunggu antrian ke kamar kecil. Wow,  pekerjaan ini harus segera di tuntaskan, kalau tidak akan menjadi masalah bagi kesehatan kita. Tetapi walau bagimanapun dalam situasi seperti ini kita dituntut untuk lebih tetap  sabar dan tetap tenang menunggu giliran.
Lain halnya dengan  para pegiat  pena, “Menunggu itu bisa mengasyikkan”, kata mereka. Moment  seperti ini adalah waktu yang tepat bagi penulis untuk menciptakan karya tulisnya. Apapun suasana hati, ini adalah saatnya ide ide muncul. Perasaan gelisah, resah, harap harap cemas, kesal, berdebar debar atau bosan selalu menghinggapi  siapapun dikala ia sedang menanti. Maka seorang penulis yang kreatif akan segera mengikat ide idenya itu dalam suatu rangkaian tulisan dan disimpannya untuk kemudian dijadikan sebuah karya tulis. Seorang penyair akan segera menciptakan  sebuah karya puisi sentimentil pada saat seperti itu. Sang pencipta lagu mungkin segera menggubahnya menjadi  lagu yang  merdu menyentuh hati.
Bagaimana jika seseorang itu sedang menunggu maut? Bagaimanakah perasaan mereka ketika menunggu maut? Siapakah yang sedang menunggu maut? Orang yang sedang sakitkah? Orang yang tua rentakah? Yang sebenarnya adalah kita semua ini sedang menunggu maut. Karena kita sebenarnya tidak mengetahui kapan malaikat maut itu datang dan membawa kematian kita. Memang kita tidak lantas menantinya tanpa melakukan sesuatu. Tetapi kita selalu diingatkan untuk selalu ingat ada kematian sehingga kita tidak mudah terlena dan lupa akan tugas kehambaan kita kepada Tuhan sang pencipta alam semesta. Tugas manusia hanyalah untuk beribadah kepadaNya, Teringat mati menjadikan kita lebih waspada didalam menjalani kehidupan. Apapun keadaan kita senang ataupun susah harus selalu ingat tujuan kita hidup didunia ini hanyalah untuk beribadah kepada Yang Maha Menciptakan kehidupan itu sendiri, jadi segala apa yang kita lakukan harus didasarkan atas ibadah dan penghambaan kita kepada Tuhan yanng memberi hidup, Allah SWT. Allah berfirman “ Dimana saja kalian berada, kematian pasti akan mendapati kalian, walaupun kalian berada di dalam benteng yang kokoh. (Q.S An Nisaa’{4}:78). Karenanya kita siapkan diri kita dengan bekal keimanan dan sabar menjalankan segala perintah dan meninggalkan larangannya. Masih banyak sekali kisah kisah di sekitar kita yang berkaitan erat dengan situasi ketika sedang menunggu sesuatu, misalnya menunggu pacar, menanti jodoh, menunggu rejeki, dan masih banyak lagi.
                                                                    *******
Kebanyakan ini menimpa para remaja, walau tidak menutup kemungkinan ini terjadi pada orang dewasa. Remaja yang sedang jatuh cinta mungkin akan berdebar debar ketika menunggu balasan dari orang yang dicintainya. Apalagi bila orang yang diharapkannya tersebut tidak memberikan sinyal sinyal yang jelas. Apakah dia akan di tolak atau diterima. Saat menunggu seperti itu hatinya di penuhi dengan penuh dengan kecemasan, sering melamun, menjadi pendiam, atau mengurung diri. Bahkan, ada yang lebih ekstrim lagi sampai melakukan bunuh diri karena merasa tidak mendapatkan respon. Sungguh perbuatan yang sia sia. Mengapa semua itu bisa terjadi? Tidak lain karena mereka tidak tahu makna dari mencintai. Remaja lebih mudah terbawa emosi. Akal pikirannya tidak lagi berjalan. Sehingga hilang akal sehatnya. Keimanan yang dangkal dan jiwa yang labil membuat mereka terjebak ke dalam kondisi putus asa. Mengapa tidak melakukan hal hal yang bisa meningkatkan harkat dirinya sehingga bisa layak untuk di cintai orang yang di harapkannya itu?
Ada lagi cerita lainnya, Setelah perceraian dengan istri yang sangat di cintainya , rupanya temanku  ini belum move on. Banyak yang menyuruhnya untuk menikah lagi. Dia layak  untuk itu,  masih muda, gagah, pekerjaan bagus,  dan tentu saja orangnya baik. Apalagi keluarga dan semua teman temannya selalu mendorongnya untuk segera berumah tangga lagi. Temanku bilang bahwa ada saatnya kita harus menunggu sejenak  setelah perceraian. Dia tak mau untuk segera menikah lagi  karena ada saatnya perlu waktu untuk merenungi segala apa yang sudah pernah dia alami. Diam sejenak adalah emas. Dia harus belajar banyak dari kesalahan pernikahan juga kegagalan dalam membina rumah tangganya. Menunggu dan merenung adalah bagus untuk mencari pencerahan diri dan tidak terjebak didalam keputusan salah untuk yang kesekian kali. Dan pada akhirnya setelah mendapat pencerahan dan ada jodoh yang cocok untuknya diapun berani memutuskan untuk memulai kehidupannya yang baru dan hidup berbahagia. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan niscaya mengadakan jalan keluar. Dan memberinya rejeki dari arah yang tidak di sangka sangka.(Q.S.Ath Thalaaq [65]:2-3]
Bagaimana dengan kisah para jomblowan atau jomblowati yang sedang menantikan jodohnya? Untuk berapa lamakah mereka harus menunggu? Apakah mereka harus diam menanti takdir mereka ataukah harus berikhtiar menjemput jodoh mereka? Ada yang menunggu setahun, dua tahun hingga ada yang mencapai  lima puluh tahun. Apakah tidak ada jodoh untuknya? Jodoh memang tidak bisa dipaksakan. Selain  karena jodoh kita sudah ditentukan oleh Allah, manusia  juga harus menemukannya. Kadang tidak dicari mereka yang datang sendiri. Kadang datangnya tidak terduga, misalnya melalui teman kita, atau teman yang biasa dekat dengan kita, tetapi ternyata itu adalah jodoh kita. Tetapi kadang sampai umur kita mencapai puluhan tahun belum juga menemukan jodoh kita. Disodor sodorkan pada kita pun belum tentu akan jadi kalau itu bukan jodoh kita. Apa ada yang salah dengan diri kita? Apakah kita sendiri yang menjauhkan jodoh kita sendiri dengan menetapkan kriteria kriteria yang teramat tinggi untuk jodoh kita? Sehingga orang lain enggan mendekati kita untuk berkenalan atau untuk dikenalkan pada saudara atau sahabat mereka. Para jomblowan atau jomblowati harus menginstroskpeksi dirinya sendiri.  Hendaklah berusaha baik lewat orang lain atau dirinya sendiri menciptakan jejak dirinya agar orang lain tahu keberadaannya, sehingga mereka akan  terlihat dan mudah dikenali  baik oleh calon pasangannya atau orang yang akan menolongnya untuk mengenalkannya pada jodohnya. Yang terpenting disini adalah mereka harus selalu optimis bahwa jodoh mereka akan datang dan selalu berbuat kebaikan  agar keberadaan meeka bersinar dan pada akhirnya menemukan jodoh. Keyakinan harus selalu di tegakkan dalam setiap diri bahwa Allah sudah menentukan jodohnya. Tinggal kesabaran dalam menunggu dan menemukannya yang harus dikuatkan sambil senantiasa berbuat kebajikan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Allah berfirman “Hi orang orang yang beriman, jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang orang yang sabar”.
  Ada juga yang mengeluhkan kehidupannya karena dari hari kehari dirasakan tetap saja kondisinya. Hidup serba pas pasan, kadang merasa kurang  rejekinya ,”Berpuluh puluh tahun keadaanku seperti ini saja. Rumahpun harus mengontrak. Gajipun  pas pasan hanya cukup untuk makan anak istri . Aku selalu menunggu rejeki datang menghampiriku . Hingga akan mengubah keadaanku”. Itulah yang sering di keluhkannya. Seorang honorer menunggu bertahun tahun untuk segera di akui pengabdiannya, tetapi nasib belum memberi hak haknya. Apakah harus menerima nasibnya begitu saja ataukah harus berbuat sesuatu untuk mengubah takdirnya? Benarkah rejeki akan datang kepada kita? Sebagaimana jodoh, rejekipun datangnya dari Allah. Allahlah yang menetapkan  rejeki bagi seluruh hamba hambaNya tanpa kecuali baik diminta ataupun tidak. Mengapa kita tidak menjemput rejeki kita sendiri? Allah berfirman,” berbuat baiklah kepada semua orang baik kamu dalam keadaan sempit atau lapang. Barang siapa yang memudahkan urusan saudaranya  didunia, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu amatlah berat, kecuali bagi orang orang yang khusyu.(Q.S.Albaqarah [2]:45).
Jadi pada hakekatnya, menunggu sama maknanya dengan sabar karena hubungan antara keduanya sangatlah erat sekali. Menunggu memerlukan kesabaran yang luar biasa. Sebaliknya ketidaksabaran, dalam menunggu hanya akan membuat kita frustasi dengan keadaaan apapun yang terjadi dengan kita.

Data Penulis: Sri Andayani,S.Pd dilahirkan di Sidoarjo 51 tahun yang lalu. Memiliki tiga putra dan putri dan menikah dengan M.Z. Arifin. Pernah berkuliah di IKIP Negeri Surabaya dan  sekarang mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP Negeri 6 Sidoarjo. Menjadi anggota FLP  Angkatan 2017.Telah menerbitkan sebuah buku non fiksi,antologi puisi, antologi cerpen,antologi pantun, dan nubar  buku antologi  beberapa cerpen .Email: andayani152gmail.com.      HP: 081335303252









Tidak ada komentar:

Posting Komentar