MENUNGGU
part 2
Bagaimanakah perasaan anda ketika sedang mengharapkan sesuatu
tetapi belum ada kejelasannya? Gelisahkah anda? Menunggu atau menanti adalah
masa jedah antara dua hal dalam kurun
waktu tertentu. Ada dua kemungkinan, yaitu yang anda harapkan itu pasti ada atau tidak pasti.
Bagi
orang
kebanyakan, masa
menunggu bisa merupakan siksaan. Orang mungkin merasa jenuh ketika menghadapi situasi itu. Pusing
kepala, tengok sana tengok sini, hilir
mudik, adalah contoh ekspresi kebosanan ketika menunggu. Bahkan dalam
skala besar, ada
yang sampai uring uringan,
hingga
stress lalu putus asa, Semoga kita terhindar dari ini.
Sebenarnya perasaan
tidak mengenakkan itu bisa kita atasi dengan
menyikapinya secara positif. Kalau pikiran kita menganggap itu membosankan otomatis kita akan merasakan
kebosanan itu. Sebaliknya kalau kita merasakan sesuatu yang asyik banget
maka kita akan mendapatkan keasyikan itu juga. Jadi
semua bergantung pada mindset kita
sendiri. Kita bisa menciptakan pemikiran yang positif bahwa menunggu itu bukalah sesuatu yang patut
untuk dijauhi atau diantipati. Kita bisa mengelolanya untuk menjadikannya
sesuatu yang berharga dan menyenangkan.
Semua kembali pada sikap optimis kita
saat dihadapkan pada situasi
tersebut. Masa menunggu bisa menjangkiti siapa saja dan kapan saja. Orang bisa
terjebak dalam situasi itu misalnya; karena kemacetan atau antrian tiket, mereka harus menunggu pesawat delay dan lain sebagainya.
Kalau kita menyadari tentang kondisi itu bisa terjadi kapan saja di sekitar kita, maka
kita akan mengambil sisi positifnya saja. Lebih
baik kita menikmati masa jedah itu untuk melakukan hal hal kecil yang membuat
diri kita senang. Misal mengobrol dengan teman, membaca buku, atau hanya mengawasi
orang orang di sekeliling kita atau mengajak kenalan orag asing dan bercakap cakap
dengan mereka, atau asyik sendiri dengan hp kita. Tentu saja ini baik untuk
merefleksikan ketegangan kita di saat penantian. Kita tidak akan merasa capek dan bosan. Karena salah satu
pemicu stress adalah perasaan jenuh,
monoton
dan tegang. Tubuh akan terasa lemas,
letih
lesu dan ada rasa malas yang menyerang tubuh. Wajah akan berubah menjadi pucat
karena aliran darah dari jantung menuju keseluruh tubuh terganggu akibat
ketegangan otot otot tubuh. Ini terlihat dari adanya rasa kantuk yang sangat
dan menguap yang berkali kali.
Lain
lagi kalau kita sedang menunggu antrian ke kamar kecil. Wow, pekerjaan
ini harus segera di tuntaskan, kalau tidak akan menjadi masalah bagi kesehatan
kita. Tetapi walau bagimanapun dalam situasi seperti ini kita dituntut untuk
lebih tetap sabar dan tetap tenang
menunggu giliran.
Lain
halnya dengan para pegiat pena,
“Menunggu itu bisa mengasyikkan”, kata mereka. Moment seperti
ini adalah waktu yang tepat bagi
penulis untuk menciptakan karya
tulisnya.
Apapun suasana hati, ini adalah saatnya ide ide muncul. Perasaan gelisah, resah,
harap harap cemas, kesal, berdebar
debar atau bosan selalu menghinggapi siapapun dikala ia sedang menanti. Maka
seorang penulis yang kreatif akan segera mengikat ide idenya itu dalam suatu
rangkaian tulisan dan disimpannya untuk kemudian
dijadikan sebuah karya tulis. Seorang
penyair akan segera menciptakan sebuah
karya puisi sentimentil pada saat seperti itu.
Sang
pencipta lagu mungkin segera menggubahnya menjadi lagu yang
merdu menyentuh hati.
Bagaimana
jika seseorang
itu sedang menunggu maut?
Bagaimanakah perasaan mereka ketika menunggu maut? Siapakah yang sedang menunggu maut?
Orang yang sedang sakitkah? Orang yang tua rentakah? Yang sebenarnya adalah
kita semua ini sedang menunggu maut. Karena kita sebenarnya tidak mengetahui
kapan malaikat maut itu datang dan membawa kematian kita.
Memang
kita tidak lantas menantinya tanpa melakukan sesuatu. Tetapi kita selalu
diingatkan untuk selalu ingat ada kematian sehingga kita tidak mudah terlena
dan lupa akan tugas kehambaan kita kepada Tuhan sang pencipta alam semesta. Tugas
manusia hanyalah untuk beribadah kepadaNya, Teringat mati menjadikan kita lebih
waspada didalam menjalani kehidupan.
Apapun
keadaan kita senang ataupun susah harus selalu ingat tujuan kita hidup didunia
ini hanyalah untuk beribadah kepada Yang
Maha
Menciptakan
kehidupan itu sendiri, jadi
segala apa yang kita lakukan harus didasarkan atas ibadah dan penghambaan kita
kepada Tuhan
yanng memberi hidup,
Allah SWT. Allah
berfirman “ Dimana saja kalian berada, kematian pasti akan mendapati kalian, walaupun kalian berada di dalam benteng yang kokoh. (Q.S An Nisaa’{4}:78). Karenanya kita siapkan diri kita
dengan bekal keimanan dan sabar menjalankan segala perintah dan meninggalkan
larangannya. Masih banyak sekali kisah kisah di sekitar kita yang berkaitan
erat dengan situasi ketika sedang menunggu sesuatu, misalnya menunggu pacar, menanti
jodoh, menunggu rejeki, dan masih banyak lagi.
*******
Kebanyakan
ini menimpa para remaja,
walau
tidak menutup kemungkinan ini terjadi pada orang dewasa. Remaja yang sedang jatuh cinta
mungkin akan berdebar debar ketika menunggu balasan dari orang yang
dicintainya. Apalagi bila orang yang diharapkannya tersebut tidak memberikan
sinyal sinyal yang jelas. Apakah
dia akan di tolak atau diterima.
Saat
menunggu seperti itu hatinya di penuhi dengan penuh dengan kecemasan, sering
melamun, menjadi pendiam, atau mengurung diri. Bahkan, ada yang lebih ekstrim lagi sampai
melakukan bunuh diri karena merasa tidak mendapatkan respon. Sungguh perbuatan yang sia sia. Mengapa semua itu bisa terjadi?
Tidak lain karena mereka tidak tahu makna dari mencintai. Remaja lebih mudah
terbawa emosi. Akal
pikirannya tidak lagi berjalan.
Sehingga
hilang akal sehatnya. Keimanan
yang dangkal dan jiwa yang labil membuat mereka terjebak ke dalam kondisi putus
asa. Mengapa tidak melakukan hal hal yang bisa meningkatkan harkat dirinya
sehingga bisa layak untuk di cintai orang yang di harapkannya itu?
Ada
lagi cerita lainnya, Setelah
perceraian dengan istri yang sangat di cintainya , rupanya temanku ini belum move on. Banyak yang menyuruhnya
untuk menikah lagi. Dia
layak untuk itu, masih
muda, gagah,
pekerjaan bagus, dan tentu saja orangnya baik. Apalagi keluarga dan semua teman
temannya selalu mendorongnya untuk segera berumah tangga lagi. Temanku bilang bahwa
ada saatnya kita harus menunggu sejenak
setelah perceraian.
Dia tak mau untuk segera menikah lagi
karena ada saatnya perlu waktu untuk merenungi segala apa yang sudah
pernah dia alami. Diam sejenak adalah emas. Dia harus belajar banyak dari
kesalahan pernikahan juga kegagalan dalam membina rumah tangganya. Menunggu dan
merenung adalah bagus untuk mencari pencerahan diri dan tidak terjebak didalam
keputusan salah untuk yang kesekian kali. Dan pada akhirnya setelah mendapat
pencerahan dan ada jodoh yang cocok untuknya diapun berani memutuskan untuk
memulai kehidupannya yang baru dan hidup berbahagia. Barangsiapa yang bertakwa kepada
Allah, maka
Allah akan niscaya mengadakan jalan keluar. Dan memberinya rejeki dari arah
yang tidak di sangka sangka.(Q.S.Ath Thalaaq [65]:2-3]
Bagaimana
dengan kisah para jomblowan atau jomblowati yang sedang menantikan jodohnya?
Untuk berapa lamakah mereka harus menunggu?
Apakah
mereka harus diam menanti takdir mereka ataukah harus berikhtiar menjemput
jodoh mereka? Ada yang menunggu setahun, dua tahun hingga ada yang
mencapai lima puluh tahun. Apakah tidak
ada jodoh untuknya? Jodoh
memang tidak bisa dipaksakan.
Selain karena jodoh kita sudah ditentukan oleh
Allah, manusia juga harus menemukannya. Kadang tidak dicari mereka yang
datang sendiri. Kadang datangnya tidak terduga, misalnya
melalui teman kita, atau teman yang biasa dekat dengan kita, tetapi ternyata itu adalah jodoh
kita. Tetapi kadang sampai umur kita mencapai puluhan tahun belum juga
menemukan jodoh kita. Disodor
sodorkan pada kita pun belum tentu akan jadi kalau itu bukan jodoh kita. Apa ada yang salah dengan diri
kita? Apakah kita sendiri yang menjauhkan jodoh kita sendiri dengan menetapkan
kriteria kriteria yang teramat tinggi untuk jodoh kita? Sehingga orang lain
enggan mendekati kita untuk berkenalan atau untuk dikenalkan pada saudara atau
sahabat mereka. Para
jomblowan atau jomblowati harus menginstroskpeksi dirinya sendiri. Hendaklah berusaha baik lewat orang lain atau dirinya sendiri menciptakan
jejak dirinya agar orang lain tahu
keberadaannya, sehingga mereka akan terlihat dan mudah dikenali baik oleh calon pasangannya atau orang yang
akan menolongnya untuk mengenalkannya pada jodohnya. Yang terpenting disini
adalah mereka harus selalu optimis bahwa jodoh mereka
akan datang dan selalu berbuat kebaikan agar keberadaan
meeka bersinar dan pada akhirnya
menemukan jodoh.
Keyakinan harus selalu di tegakkan dalam setiap diri bahwa Allah sudah
menentukan jodohnya. Tinggal
kesabaran dalam
menunggu dan menemukannya
yang harus dikuatkan sambil senantiasa berbuat kebajikan baik untuk diri sendiri maupun
untuk orang lain. Allah berfirman “Hi orang orang yang beriman, jadikan sabar
dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang orang yang
sabar”.
Ada juga yang mengeluhkan kehidupannya karena dari hari kehari dirasakan tetap saja kondisinya. Hidup serba pas pasan, kadang merasa
kurang rejekinya ,”Berpuluh puluh tahun keadaanku seperti ini saja. Rumahpun harus mengontrak. Gajipun pas pasan hanya cukup untuk makan anak istri
. “Aku selalu menunggu rejeki datang menghampiriku . Hingga akan mengubah keadaanku”.
Itulah
yang sering di keluhkannya. Seorang
honorer menunggu bertahun tahun untuk segera di akui pengabdiannya, tetapi nasib belum memberi hak
haknya. Apakah harus menerima nasibnya begitu saja ataukah harus berbuat
sesuatu untuk mengubah takdirnya? Benarkah rejeki akan datang kepada kita? Sebagaimana jodoh, rejekipun datangnya dari Allah. Allahlah yang
menetapkan rejeki bagi seluruh hamba
hambaNya tanpa kecuali baik diminta ataupun tidak.
Mengapa
kita tidak menjemput rejeki kita sendiri?
Allah
berfirman,” berbuat baiklah kepada semua orang baik kamu dalam keadaan sempit
atau lapang. Barang
siapa yang memudahkan urusan saudaranya
didunia, niscaya
Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat. Jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu amatlah berat, kecuali bagi orang orang yang
khusyu.(Q.S.Albaqarah [2]:45).
Jadi pada hakekatnya,
menunggu sama maknanya dengan sabar karena hubungan antara keduanya sangatlah
erat sekali. Menunggu memerlukan kesabaran yang luar biasa. Sebaliknya ketidaksabaran,
dalam menunggu hanya akan membuat kita frustasi dengan keadaaan apapun yang terjadi dengan kita.
Data Penulis: Sri Andayani,S.Pd dilahirkan di Sidoarjo 51 tahun yang lalu. Memiliki tiga putra dan putri dan menikah dengan M.Z. Arifin. Pernah berkuliah di IKIP Negeri Surabaya dan sekarang mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP Negeri 6 Sidoarjo. Menjadi anggota FLP Angkatan 2017.Telah menerbitkan sebuah buku non fiksi,antologi puisi, antologi cerpen,antologi pantun, dan nubar buku antologi beberapa cerpen .Email: andayani152gmail.com. HP: 081335303252