Minggu, 19 September 2021

"Tempe" dan Kenanganku Tentangnya


Tempe dan Kenanganku Tentangnya
 Oleh
Sri Andayani


Tempe, siapa yang tidak kenal dengan kata itu.  Tempe merupakan nama jenis makanan dari Jawa yang terbuat dari bahan dasar kedele yang difermentasikan sehingga menjadi makanan lauk yang bernilai  gizi tinggi. 

Jika mendengar kata tempe, aku teringat pada sosok wajah yang manis dan  mata yang selalu berbinar cerah. Yang kuingat namanya sangat singkat, namun sarat makna. Sebuah nama jawa yang khas, memberi makna pada pemiliknya,Sugeng

Sebuah nama dari gabungan kata"Su" yang dalam bahasa jawa artinya sangat, lebih, selalu, paling, unggul dan terbaik dan Ageng yang artinya besar, agung, hebat,mulia. Mungkin itu sebagai doa dari orang tuanya untuk putranya agar menjadi seorang yang hebat dan mulia suatu hari nanti. 


Dan memang benar Sugeng merupakan seorang yang sangat hebat dalam segala hal. Dia cerdas, tangkas, cekatan baik dalam bertindak maupun berpikir. Dia juga seorang pribadi yang sangat baik dan sederhana, selalu hormat dan patuh pada guru dan orang tua. 


Kepribadiannya sangatlah bagus. Sangat tepat bila ia di pilih menjadi siswa teladan karena semua kriteria kebaikan ada padanya. Semua guru dan teman-temannya sangat bangga padanya. 


Entah itu kebetulan atau memang sengaja, keempat saudaranya yang juga siswa-siswaku diberi nama sederhana dan berawalan "Su", antara lain, Subekti, Susilo,dan Sudarma. Keempat bersaudara itu adalah anak-anak yang pintar dan cerdas. Walaupun  orang tua mereka sehari-hari  memberi makan mereka hanya dengan lauk "tempe". Tetapi mereka tumbuh menjadi anak-anak yang sehat dan cerdas. Merekapun tidak suka makan dengan lauk lainnya. Kenapa? Karena orang tua mereka memang pembuat dan penjual tempe. Bisa dikatakan  bahwa tiada hari tanpa tempe. 


Namun demikian mereka sangat bangga dengan kehidupan mereka. Keempat anak-anak tersebut terbukti merupakan anak-anak berprestasi di sekolahku. Mereka selalu peringkat pertama di kelas bahkan di sekolah.  Sampai sampai ada gurauan dari para guru"Mereka anak-anak unggulan, ibunya disuruh hamil terus saja biar terlahir bibit-bibit unggul lagi untuk sekolah ini ya",demikian celotean teman-temanku sesama guru ketika jam istirahat. 


Kemudian aku menimpali"pastilah ini karena tempe ya,sehingga mereka menjadi cerdas. Tempe terbukti tidak kalah dengan makanan lain yang berprotein. Buktinya ada di hadapan kita." Begitulah obrolan kami ketika itu di kantor selepas mengajar. Dan memang benar, dari kabar yang kedengar,keempat bersaudara itu sekarang sudah menjadi orang besar/hebat di masyarakat. 










Jumat, 30 Juli 2021

Pelatihan Menulis PGRI gelombang 19 dan 20

Resume ke-9

Tema.            : Writer's block

Narasumber: Ditta Widya Utami,S. Pd

Moderator   :  Maesaroh

Waktu.         :  Jum'at,  31 /7/21




                Pelatihan malam ini sedikit berbeda dari sebelumnya. Narasumber mebawa peserta untuk larut dalam diskusi kecil.

           Mbak Ditta Widya Utami , sang narasumber cantik mengawali diskusi dengan melemparkan sebuah gambar untuk para peserta. Mbak Dita memberi tantangan pada peserta, dalam waktu 15 menit,peserta harus bisa membuat tulisan apa saja tentang gambar tersebut yaitu gambar wayang. 

           Dalam waktu singkat sudah banyak yang mengirimkan tulisannya,ada yang berupa puisi, artikel, opini dan sebagainya.Lalu apa tujuan sebenarnya dari tantangan itu, apakah mbak Ditta hanya ingin bermain-main saja dengan para peserta? Ataukah hanya ingin mengetes kemampuan peserta tentang kepintarannya menulis?  Dan memang para peserta yang sudah mengirimkan tulisannya patut diacungi jempol karena dalam waktu yang singkat sudah mampu  membuat tulisan indah dan juga bagus. Itu sungguh menandakan  konsentrasi  penuh dari para peserta  dalam mengikuti pelatihan ini. Terbukti mereka sangat fokus. Dan fokus sangat diperlukan dalam menulis. Itulah tujuan dari tantangan mbak Dita dengan gambar itu. 

Sebuah awal pembuka kelas yang sangat bagus dengan sedikit diskusi kecil  yang sangat cantik  untuk menarik peserta pada tema yang sebenarnya yaitu writer's block atau kebuntuan dalam menulis.

Ada beberapa sebab kenapa penulis mengalami writer's block. Diantaranya adalah

1.  Penulis mencoba beralih ke metode atau teknik baru dalam tulisannya

2. Kelelahan fisik maupun mental

3.Stress

4. Terlalu perfectionist

Seperti misalnya kita yang  terbiasa menulis genre cerpen, puisi atau artikel, lalu tiba tiba kita tertarik ikut kelas menulis novel lalu kita diminta menulis novel. Akhirnya kita bingung karena gak tahu apa yang harus kita  tulis,kita kehilangan ide atau inspirasi, kita sedang mengalami writer's block atau macet menulis. 

Tahukah makna dari writer's block?  Mbak Ditta telah memberikan definisi yang diambil dari wikipedia yaitu  sebagai keadaan saat penulis kehilangan kemampuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya. Jika penulis mengalami kondisi itu biasanya ia lalu meninggalkan novel yang belum jadi tersebut alias mengambang. 

Lalu siapa saja yang bisa mengalami writer's block? Ini bisa dialami siapa saja baik penulis pemula maupun penulis mahir.

Bagaimanakah cara mengatasi kondisi writer's block yang datang pada kita?  

Mbak Ditta memberikan beberapa contoh dari pengalamannya  ketika dia mengalami writer's block yaitu dengan jalan-jalan, naik motor, membaca buku, novel kesukaan,  dan sebagainya. Intinya mengalihkan otak kita pada hal-hal yang sifatnya menghibur dan  menyenangkan hingga mengurangi beban mental dan spiritual kita. Tidak harus mahal dan menghabiskan jutaan rupiah. Yang terpenting apa saja yang membuat kita hepi. Kalau sudah begitu pikiran kita akan  segar dan bisa melanjutkan menulis lagi  dan jangan  menunda-nundanya lagi.segeralah  diselesaikan

 Cara lain untuk mengatasi yaitu membuat outline atau catatan-catatan sehingga memudahkan  untuk melanjutkan tulisan tersebut. Saya biasa menggunakan color note untuk membuat catatan catatan kecil di hp saya, sehingga kemanapun saya pergi  ataupun dalam kondisi apa saja saya mencatatnya di situ,misal ketika ada seminar atau webinar saya mencatatnya di situ.

Satu lagi tips dari mbak Dita yaitu hafalkan kapan saatnya golden timemu untuk menulis. Setiap orang memiliki golden time yang berbeda. Kalau saya lebih suka menulis pada malam hari di mana  pada saat itu saya sudah terbebas dari segala tanggung jawab pekerjaan baik urusan mengajar atau rumah. Saya bisa menulis hanya pada  kondisi jiwa dan raga tenang. Dan itu saya temukan pada malam hari.

Permasalahan dari pak Mulyadi yang juga sedang mengalami writer's block  karena harus mengubah outline penulisan.mbak Dita mencoba membantu solusinya dengan cara beliau harus menambah referensi baca dan juga harus di cek dulu taknis tulisannya . Satu pertnyaan dari ibu Netty dari Ntt adakah bagaimana cara mengatasi tulisan yang tak beraturan, solusinya yaitu dengan terus konsisten menulis dan menambah jam terbang  menulis, dan selanjutnya melakukan self editing pada tulisan kita.

"Jika kamu lelah istirahatlah, jika kamu  sakit berobatlah, jika kamu putus asa maka segera bangkitlah, jika kamu bersedih bergembiralah, jika kamu kehabisan bahan  membacalah"

#Pelatihan Menulis PGRI

#Menulis bareng Om Jay

#Menulis di blog 




Kamis, 29 Juli 2021

 


BUKU MUARA TULISAN

Pelatihan Menulis PGRI  Gelombang 19 dan 2




Resume ke-8     :  Rabu,28 Juli 2021 pukul 19.00 WIB

Narasumber      :  Tamrin Dahlan,

Gelombang       :19

Nama                  : Sri Andayani

Asal sekolah     : SMPN 6 Sidoarjo

 "Menulislah dan Jadikan Menulis itu Kebiasaanmu"

Kuliah Menulis kali ini agak berbeda yaitu materinya yang berupa slide-slide sudah di share terlebih dahulu. Harapannya adalah peserta sudah membacanya dan kemudian di kelas mereka bisa mendiskusikannya Bersama. Bapak Thamrin Dahlan, sebagai narasumbernya malam ini adalah seorang dosen, purnawirawan polri, Pegiat literasi, juga pemilik Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan(YPTD), dan juga pemilik penerbit YPTD. Buku-buku yang ditulisnya juga banyak sekali sekitar 40 n buku.

Pelatihan menulis malam ini dimoderatori oleh bapak Bambang atau bapak Bams, beliau adalah juga peserta pelatihan di gelombang sebelumnya, yang karena prestasinya dipercaya menjadi narasumber,juga moderator beberapa pelatihan termasuk malam ini.

            Bapak Bambang kemuadian mempersilahkan kepada narasumber untuk memulai kuliahnya,tetapi bapak Thamrin mengatakan bahwa beliau akan memfokuskan diskusi  pada topik bukunya yaitu”Buku Muara Tulisan dan Buku adalah Mahkota Penulis.”

Dalam paparannya bapak Thamrin mencoba menyemangati para peserta untuk segera membukukan tulisannya karena dimasa digital ini segalanya sudah serba mudah. Kemajuan teknologi sudah mampu mempermudah para penulis membuat buku dan menerbitkannya. Para penulis tidak perlu repot dan cemas lagi untuk menerbitkan bukunya karena   sekarang ini sudah banyak sekali penerbit indi yang siap mencetak buku-buku mereka. Salah satunya adalah penerbitan buku milik Bapak Thamrin yaitu YPTD. Modal utama para guru penulis di sini sudah ada yaitu tulisan di blog.

“Para guru janganlah berhenti menulis”,demikianlah pesan beliau. Menulislah apa saja. Dari yang terlintas di kepala hingga kegiatan nyata hidupmu. Menulislah tentang kisah-kisah fiksi maupun non fiksi tentang dunia di sekitarmu. Menulislah tentang pengalaman pembelajaranmu, menulislah tentang tentang orang-orang di dekatmu; siswamu,keluargamu,sahabatmu,lingkunganmu,dan sebaginya.

Rekamlah apa yang kamu lihat maupun yang kamu dengar, nyatakan yang kamu harapkan dan angankan dalam tulisan. Lalu kumpulkan tulisan-tulisanmu yng berserakan di dalam blogmu itu dan kumpulkan menjadi sebuah buku.

Jadikan tulisanmu itu bermakna, berharga hingga ia kan menjadi mahkotamu. Lalu orang-orang akan memberimu sebutan yang membanggakanmu"penulis" sekaligus memberimu tanggung jawab. Kamu akan senang jika orang menyebutmu sebagai penulis, tetapi sekaligus memberimu beban tanggung jawab untuk gelarmu itu, yaitu menghasilkan karya tulis  yang bagus dan bermutu.

Di komunitas pelatihan ini kebanyakan pesertanya adalah guru. Narasumber mengingatkan pada para peserta bahwa guru adalah pencipta peradaban. Dari kerja dan perlakuan guru yang baik terhadap bidang kerja maupun  siswanya sudah pasti akan menciptakan generasi-generasi peradaban baru.

Guru yang mengajar dengan hati akan selalu berusaha mengajar dan mendidik siswanya dengan ikhlas. Guru akan berbuat yang terbaik untuk siswa. Karena itu guru senantiasa mengasah diri dan kemampuannya untuk terus berinovasi pada pembelajarannya. Ia adalah arsitek peradaban karena guru yang hebat akan menciptakan siswa-siswa yang hebat pula.Guru yang mengajar sesuai dengan jamannya siswa pasti akan menghasilkan generasi-genersi yang innovatif berikutnya.

Bagaimanakah cara agar apa yang dilakukan guru itu dapat menular pada siswanya? Tentu saja program literasi di sekolah harus di kembangkan oleh guru.Keterampilan berliterasi erat kaitannya dengan keterampilan membaca,menulis,berbicara,menghitung, dan juga memecahkan masalah. Kelima macam jenis keterampilan berliterasi tersebut di atas saling berkaitan satu sama lainnya. Guru harus mampu membiasakan berbagai keterampilan berliterasi seperti di atas pada siswa. Ajarkan siswa untuk membiasakan diri menulis.

Bapak Thamrin memberikan tips-tips menulis,antara lain,anatara lain: Menulislah yang pendek-pendek, mudah dimengerti, dan runtut. Jika mengalami kemacetan dalam menulis atau tulisanmu mengambang tanpa penyelesaian jangan ditinggalkan terus saja menulis. Jangan takut salah PUEBI. Jika selesai menulis lakukan proses editing sendiri dan lakukan beruang-ulang hingga tulisnmu siap diupload ke media sosial. Kenapa itu perlu? Bagi Seorang penulis maupun calon penulis medsos sangat penting untuk branding tulisannya maupun untuk pengakuan dirinya sebagai seorang penulis.

           

#Pelatihan Menulis PGRI

#Menulis di blog

#Menulis bareng Om Jay

 

Selasa, 27 Juli 2021

Pelatihan Menulis PGRI  Gelombang 19 dan 20

Resume ke-6     :  Jum’at,23 Juli 2021 pukul 19.00 WIB

Narasumber      : Aam Nur Hasanah,S.Pd

Gelombang       :19

Nama               : Sri Andayani

Asal sekolah    : SMPN 6 Sidoarjo





Apapun keadaanmu tetaplah menulis karena di sanalah duniamu” (Sri Andayani)

Saya mencoba menulis resume ke-6 ini dengan semangat yang tersisa pada saya, walaupun saya tidak mengikuti kuliah ini secara langsung karena suatu sebab yang tidak bisa saya tinggalkan. 

Ketika saya menulis resume ke-6 ini saya juga masih belum menyelesaikan resume yang ke-4 dan ke-5. Saya memang ketinggalan materi kuliah ini beberapa kali dan rasanya saya sangat kehilangan momen berharga. 

Kenapa saya justru harus mendahulukan yang ke-6 dan bukan yang ke-5 atau Ke-4 sebelumnya? Alasannya sederhana saja, materi itulah yang tertangkap oleh saya ketika pertama saya membuka kelas menulis ini. Di situ sudah banyak link-link blog resume dari teman-teman peserta. Saya baca satu persatu dan saya berikan komen saya. Dari situ sedikitnya saya paham sedikit tentang materi pelatihan hari itu. Tetapi saya masih harus membaca materi seutuhnya agar saya lebih memahaminya.

Apa alasan saya sampai tertinggal beberapa kali pada kuliah menulis ini?  Alasannya sudah pasti bukan karena malas tetapi pada saat yang bersamaan saya sedang mengalami musibah. Ibu saya jatuh sakit dan saya harus merawatnya. Beliau adalah orang tua saya satu-satunya yang masih ada hingga seminggu yang lalu itu, tetapi hari ini beliau sudah meninggalkan saya untuk selama-lamanya. Semoga Allah SWT menerima segala amalannya dan mengampuni semua dosanya. Saya masih berduka untuk itu. Semoga almarhumah kembali ke hadapan Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa dengan tenang dan damai. 

Baiklah,sekarang saya menuliskan resume ke-5 materi kuliah tanggal 23 Juli 2021 yang bertema “Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi.” Materi yang sangat sarat ilmu dan inspiratif ini dibawakan oleh seorang narasumber yang super hebat yakni ibu Aam Nur Hasanah,S.Pd, beliau adalah peserta pelatihan gelombang 8 yang juga Sang Juara 1 Lomba Blog PGRI Tingkat Nasional Maret 2021.

Acara malam itu dimoderatori oleh ibu Maesaroh, Sang blogger milenial. Beliau membagi acara menjadi 3 sesi, antara lain:

1.      Pembukan

2.      Penjabaran Materi(19.00-20.00)

3.      Tanya -jawab(20.00-21.00)

4.      Penutup (21.00-selesai)

Inilah awal mula perjalanan karier ibu Aam Nur Hasanah dari sebagai penulis, blogger,moderator, hingga menjadi editor.

Bukan berarti tanpa kegagalan. Seperti halnya pepatah yang mengatakan “Tak ada gading yang tak retak,” setiap orang memiliki kelemahan dan ibu Aam mengakui sendiri bahwa beliau mengalami kegagalan pada awal mula di pelatihan gelombang 8. Namun, kegagalan itu tidak lantas membuatnya patah semangat. Justru itulah yang memacu jiwanya untuk dapat berprestasi pada gelombang pelatihan berikutnya.

            Dan yang paling dirasakan sangat mempengaruhinya adalah dukungan dan dorongan motivasi dari para narasumber yang senantiasa melecutnya sehingga membuatnya terus bergerak maju. Buku Solo (Mengukir Mimpi Jadi Penulis) yang menjadi impiannya telah terbit. Itulah jalan muda bagi dirinya mulai terbuka. Impiannya untuk disebut sebagai penulis sudah tercapai.

Keberhasilannya ini memacunya untuk berkarya lagi dengan menerbitkan bukunya yang kedua yaitu”Kunci Sukses Menjadi Moderator Online.” Beliau memilih judul itu berdasarkan pengalamannya menjadi moderator di kelas pelatihan menulis online ini.Step by step berbagai peran beliau rangkul. Belaiu pandai memanfaatkan kondisi dan peluang, juga kemampuannya.Satu peran teraih lalu menginginkan peran lainnya. Itu syah-syah saja bahkan patut dijadikan tuladan bagi peserta lain yang membutuhkan motivasi untuk terus bangkit dan berkembang.

Akhirnya dari seorang penulis kemudian naik tingkat menjadi moderator lalu melecutnya menjadi seorang kurator lalu kesempatan menjadi seorang editor pun datang. Begitulah pada akhirnya jika Tuhan sudah membuka pintu rejeki dan kemudahan bagi hambahNya pastilah itu akan terjadi senyampang seorang itu memiliki keyakinan dan berusaha untuk mewujudkannya dengan hidayahNya.

Keberhasilan demi keberhsilan tidak lantas membuatnya pongah sebagai penulis dan enggan untuk menulis lagi.Tetapi perasaan miskin ilmu tetap dipegangnya kuat-kuat hingga baliau tidak ragu lagi untuk terus menimbah ilmu diberbagai kesempatan. Selain itu beliau juga mencoba mengukur kemampuannya di dalam event-event kepenulisan. Dan jerih payahnya itupun memberinya hasil. Dari sekian peserta di lomba blog HUT AISEI, beliau msuk 10 besar.Prestasi ini lebih mempresser dirinya untuk lebih giat lagi menulis di blognya hingga pada saat lomba blog yang diselenggarakan oleh PGRI beliau menjurai peringkat pertama. Sungguh suatu prestasi yang sangat luar biasa dan patut dijadikan suri tuladan bagi peserta atau guru lainnya.

Dari seorang blogger kemudian beliau melirik profesi lain yang tidak jauh dari dunia tulis menulis yaitu menjadi seorang editor, yang tugasnya yaitu mengedit calon buku karya orang lain.

Beberapa pertanyaan dari para peserta antara lain:

1.      Apa syarat yang harus dipenuhi sebgai seorang curator dan editor?

Jawabnya, seorang curator harus bisa mengajak peserta untuk membuat satu buku antologi, menampung naskah dari peserta,berkomunikasih dengan mereka dengan baik, dan bekerja sama dengan penerbit.

2.      Syarat utama menjadi editor:

Jawabnya:  Seorang editor haruslah menguasahi PUEBI, paham dengan fungsi tanda baca dan penggunaan huruf kapital.

3.      Bagaimana cara memupuk semangat?

Jawabnya: Untuk memupuk semangat yang mulai luntur beliau mencari sang inspirator dan motivator. Dan bagi beliau Om Jay dan Bu Kanjeng adalah orang-orang yang dimaksud.

4.      Pernakah merasa putus asa?

Jawabnya:Tentu saja beliau pernah putus asa tetapi beliau belajar dari teman

Beberapa tips yang penting dari beliau antara lain:

1.      Jika narasumber memberikan link blog peserta harus blog walking

2.      Berikan komentar ketika blog walking

3.      Jika narasumber memberikan PPT peserta harus menyimpulkannya

4.      Jika narasumber memberikan link youtube peserta harus mengunjunginya

5.      Berikan sentuhan pengalaman pribadi pada resume anda atau beri ayat al-qur’an untuk memberi motivasi

6.      Buatah skala prioritas jika mengalami berbagai hambatan

7.      Buatlah branding untuk diri sendiri sehingga anda mudah dikenali oleh orang lain

8.      Harus peka dengan lingkungan terdekat kita untuk mencari sumber-sumber ide penulisan

9.      Menulis sajalah tanpa memikirkan apa yang kita tulis itu bagus atau buruk. Kalau tidak segera dimulai kapan lagi karena menulis adalah proses dan harus dilatih.

10.  Jika sedang menulis novel tetapi mandeg berhenti dulu lanjutkan kelas menulisnya kalau sudah final baru dilanjut lagi

11.  Untuk menjadi penulis handal tulislah dari hal-hal yang paling sederhana missal tentang siswa, teman dsb

12.  Cara membuat konsistensi pada tulisan yang menggantung dengan membuat titik fokus, kerjakan satu dulu baru berikutnya, jangan semuanya justru terbengkalai. Jika kita sedang lelah rehat dulu, baca buku,istrahat cari inspirasi dengan nonton tv, googling, gabung di grup-grup menulis,dsb.

13.  Cara mengatasi benturan-benturan antara lain membenahi kesalahan-kesalahan sebelumnya. Mengurangi jenis antologi dan memperbanyak buku solo

14.  Waktu yang paling tepat untuk menulis adalah malam

15.  Buatlah resume dengan passion sendiri jangan menjiplak

16.  Menulislah dari hal-hal yang kecil terlebih dan sederhana terlebih dahulu

Pesan terakhir dari narasumber:

“Jadilah manusia yang bermanfaat bgi orang lain melalui tulisanmu”

#Pelatihan Menulis PGRI gelombang 19 dan 20

#Menulis di blog

#Menulis Bersama Om Jay

 

 

 

 

 




Pelatihan Menulis PGRI gelombang 19 dan 20

Resume ke-7 :  Menerbitkan Buku Menambah Gengsi Penulis

Oleh : Sri Andayani


Tema  Kuliah : Menerbitkan Buku Semakin  Muda di Penerbit Indi
Narasumber   : Raimundus Brian Prasetyawan,S.Pd. 
Moderator   : Ibu Aam Nur Syamsiah

Sekali lagi malam ini saya ketinggalan kelas belajar karena harus mempersiapkan malam tahlil dan pembacaan doa-doa bagi almarhumah ibuku. Namun aku berusaha mengejar ketertinggalanku dan mencoba mengerjakan tugas yakni meresume materi pelatihan yang ke-7 ini, walaupun sebenarnya resume ke-6 masih belum saya selesaikan karena terkendala waktu untuk membaca materi pelatihannya, dan juga kesibukanku mengajar, sehingga resume itu  masih berupa draft penulisan. 

Mengapa saya mengerjakan yang ke-7 ini  terlebih dahulu alasannya agar saya tidak susah mencari materinya sehingga bisa langsung meresumenya sedangkan materi resume yang ke-6, ke-5 dan ke-4 belum dan insyah Allah akan saja kerjakan kemudian. Saya masih kesulitan mnemukan materinya karena harus mengeshrol dari atas. 

Sebenarnya dari WB dan membaca resume dari teman-teman sesama peserta saya bisa memahami tentang tema pelatihannya, tetapi sebagai penulis tidaklah etis menulis tanpa mengetahui sumber penulisannya yang nantinya hasil tulisan saya mungkin bisa tidak valid dan melenceng dari tema atau bahkan bisa dianggap menjiplak karya dari orang lain. Sebab kita tahu bahwa  riset adalah langkah awal sebelum menulis. Melakukan riset bagi penulis sangatlah penting, yakni penulis melakukan penelitian atau melihat, mendengar langsung atau tidak langsung pada objek yang akan ditulis. Sedangkan pada pelatihan ini objeknya adalah materi yang dibawakan oleh narasumber, sebagai bahan pembuatan pelaporan atau resume.

Kali ini tema yang diambil yaitu "Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indi. Narasumbernya adalah Mas Raimundus Brian Prasetyawan,S.Pd. Saya panggil mas karena  dilihat dari profilnya masih sangat muda.  Dari perkenalan yang disampaikan oleh Om Jay selaku pembuka acara, diketahui bahwa beliau adalah seorang guru muda dari Bekasi dengan berjuta prestasi yang mendapat julukan guru mileneal. 

Kuliah malam itu dimoderatori oleh ibu Aam yang sudah kita kenal sebelumnya yaitu peserta dari gelombang 8 yang dipercaya Om Jay karena segudang prestasinya dalam karya tulis menulis hingga mampu  menerbitkan segudang buku dari hasil pelatihan menulis ini. Tak lupa saya cuplik pesan Om Jay pada para peserta pelatihan sebagai penyemangat yaitu " Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa Yang Terjadi". Dari Pesan ini seolah-olah kita ditantang untuk terus berani menulis dalam kondisi apapun hingga sesuatu keajaiban terjadi  dan  datang pada diri kita. Sebagai penulis sejati kita harus meyakini itu." Terima kasih saya ucapkan pada Om Jay selaku ketua dan pemilik acara ini yang tidak henti-hentinya memotivsi para peserta pelatihan menulis ini. 

         Selanjutnya ibu Aam memulai memandu  acara dengan mendoakan pada para peserta pelatihan agar selalu bersyukur pada Allah atas kelimpahan rahmatNya hingga bisa mengikuti pelatihan dengan kondisi sehat walafiat.  Dengan bekal nikmat itu diharapkan para peserta bisa memfokuskan diri mengikuti pelatihan hingga materi berkhir. Kemudian ibu Aam mempersilahkan Mas Brian yang juga di kenal sebagai pendiri komunitas Cakrawala Blogger Guru Nasional(Lagerunal) ini sebagai Narasumber untuk memaparkan materi kuliahnya. 

            Apakah motivasi penulis  bergabung dalam  pelatihan menulis ini? Tentu saja menghasilkan buku. Tetapi bisakah? Bagi penulis pemula mungkin itu sesuatu yang sangat mustahil. Ya, dulu saya juga merasakannya pada awal-awal belajar menulis, saya merasa itu tidaklah mungkin. Masak sih saya bisa?  Bagaimana caranya?  Itulah yang ada di benak saya. Karena dalam pikiran saya sangatlah mustahil untuk menembus penerbit mayor, misal saja Gramedia, Grafindo, Balai Pustaka,dsb. Selain saya tidak memiliki kenalan dari orang yang berkecimpung di penerbit tersebut, pengetahuan tentang cara menerbitkan di penerbit mayor masih sangat minim. 

    Dan seperti yang dijelaskan oleh Mas Brian bahwa jalan termuda bagi seorang penulis pemula untuk menerbitkan buku adalah melalui penerbit indi.  Penerbit indi di sini fungsinya sebagai angin segar bagi penulis karena penulis akan merasa ada wahana bagi dia untuk untuk mewujudkan karyanya sebagai artefak budaya(meminjam istilah bapak M.Khoiri).        

                Apakah buku merupakan prestasi tertinggi penulis?        

       Tentu saja pencapaian tertinggi dari seorang penulis adalah jika ia mampu menerbitkan sebuah buku. dan keinginan itulah yang akan memberinya motivasi untuk menulis dan menulis lagi hingga  memacu dirinya untuk  belajar lagi yang lebih tinggi. Ada tantangan pada diri penulis untuk mencari tahu lebih banyak tentang dunia tulis menulis.  Maka penulis akan mencari seseorang atau tempat yang bisa menampung atau menanggapi keingintahuannya itu. 

            Rasa haus akan ilmu tulis menulis akan menuntunnya ke arah pencarian jati diri. Maka mengikuti kelas-kelas pelatihan menulis adalah sangat tepat bagi penulis terutama yang masih pemula dalam dunia kepenulisan.Tidak hanya satu komunitas bahkan lebih. Ia akan terus mencari komunitas yang sejalan dengan keinginannya. Menemukan komunitas menulis yang sesuai dengan genrenya adalah suatu keuntungan bagi penulis.Di komunitas ini penulis  akan saling mendukung, saling memberi semangat dan motivasi untuk maju dan menghasilkan karya.Pastilah ia betah dan akan merasa telah menemukan dunianya.  Dia akan bertahan dan terus bergabung hingga tercapai apa yang ditargetkannya, yaitu menerbitkan buku

      Contohnya saya, di kelas menulis asuhan Om Jay ini saya seakan menemukan komunitas menulis yang sejalan dengan genre saya. Para peserta yang sebagian besar adalah guru seperti halnya saya memiliki kecenderungan untuk menulis non fiksi seperti walaupun ada juga yang menulis fiksi. Tetapi pengetahuan saya untuk non fiksi  masih kurang. Di kelas ini banyak ilmu dan ide-ide yang saya dapat baik dari pemateri maupun dari sesama peserta. Karena itu saya merasa menemukan dunia saya. Saya ingin berkembang lagi setelah mengikuti pelatihan ini. Sudah banyak contoh keberhasilan dari para peserta di pelatihan ini. Banyak yang menghasilkan bukunya sendiri bahkan ada yang puluhan jumlahnya. Demikian juga saya, yang berkeinginan untuk memiliki buku non fiksi bidang kependidikan.

            Bisakah saya menembus ke penerbit mayor? Itu suatu pertanyaan yang penuh tantangan bagi saya. Sebagaiman kita tahu bahwa sangatlah susah menembusnya, selain jenis tulisan harus sesuai dengan keinginan penerbit, biasanya setiap penerbit memiliki gaya selingkung sendiri. Selain itu,naskah yang kita kirimkan terkadang sampai berbulan-bulan baru ada kabar kalau diterima atau ditolak dan pekerjaan menunggu lama ini kadang membuat kita patah semangat. Terkadang kita merasa kalau naskah kita tidak layak untuk dijual. Mengapa ini terjadi? Hal ini patut dimaklumi karena penerbit mayor membutuhkan naskah yang benar-benar memiliki nilai jual sebelum dilempar ke pasar karena itu seleksinya sangat ketat. 

        Bagaimana dengan royaltinya ? Ada dua pola dalam pembagian royalti yaitu pertama penerbit membeli Hak paten dan hak cipta seluruhnya atau membaginya dengan pihak penulis.Dan perhitungannya dihitung dalam jangka waktu tertentu melalui suatu perjanjian antara pihak penulis dengan pihak penerbit. Dari penjelasan yang saya terima penulis akan memperolah royalti sebanyak 5% sampai10% dari hasil penjualan.  Biasanya penulis akan mendapatkan royalty dari penerbit setiap 3 atau 6 bulan sekali.  Semakin banyak buku yang terjual maka semakin banyak royalty yang dia peroleh. Selain itu masih ada pemotongan pajak  ppn dan penulis.

        Apakah keuntungan dari menerbitkan buku di penerbit mayor?  Tentu saja ada segi untungnya untuk menerbitkan di penerbit mayor. Yang pertama adalah kita tidak perlu mengeluarkan ongkos cetak sampai penerbitannya. Biaya sepenuhnya ditanggung oleh pihak penerbit. Yang kedua penulis tidak perlu lagi mempromosikan bukunya karena pihak penerbit biasanya yang melakukannya bahkan biasanya besar-besaran apalagi kalau itu penerbit besar. Jadi penulis tinggal menunggu hasil penjualan bukunya saja. Yang ketiga, penerbit biaasanya mencetak buku dalam jumlah besar minimal 1000 cetak sehingga semakin banyak buku yang dicetak semakin banyak pula royaty yang didapat.Keempat, bila buku kita sudah dipercaya oleh pihak penerbit mayor maka biasanya kelas kita sebagai penulis juga bertambah naik nilainya rapotnya. Karena itu bagi setiap penulis merupakan suatu impian yang menjadi nyata kalau bukunya bisa diterbitkan oleh penerbit mayor.

        Lalu apakah penerbit indi kurang memiliki gengsi? Pendapat itu tidak sepenuhnya benar. Penerbit indi ibarat angin penyejuk bagi penulis pemula. karena penulis akan dengan mudah menerbitkan bukunya. Asalkan dia harus rela membayar sejumlah uang untuk mengganti biaya pracetak, cover, lay out, editing, dsb. Waktu penerbitanpun tidak lama hanya sekitar satu bulan buku sudah terbit dan ber-ISBN. Tetapi penulis harus pandai-pandai mempromosikan bukunya sendiri. 

    Nah dari buku pertamanya itulah yang akan memacu semangatnya untuk menulis lebih baik lagi lalu menerbitkannya di penerbit mayor. Sekali lagi bagi seorang penulis, menerbitka buku di penerbit mayor lebih memiLiki gengsi dibanding menerbitkan buku di penerbit Indi.

"Menulislah dan buatlah hidupmu berharga dengan tulisanmu"(Sri Andayani)

#Pelatihan Menulis PGRI

#Menulis bareng Om Jay

#Menulis bersama Guru Blogger milenia

 


Jumat, 16 Juli 2021

 

Resume ke 3 

Pelatihan Menulis Gelombang 19 & 20

“Membongkar Rahasia Menulis Hingga Menerbitkan Buku”

Oleh Sri Andayani


            Malam yang  saya tunggu telah tiba. Seperti yang sudah di sepakati bersama bahwa kelas menulis berikutnya adalah hari ini. Aku senang sekali bisa berjumpa lewat daring dengan teman-teman sesama penulis di sini. Aku bisa belajar banyak dari mereka.

            Kali ini kelas akan dipandu oleh seorang narasumber yang berpengalaman di dunia tulis menulis. Bukan hanya itu beliau adalah seorang multitalenta yang memiliki segudang prestasi kejuaraan dan pengalaman yang patut dijadikan teladan bagi peserta lainnya. Beliau seorang guru, operator,curator,moderator juga seorang blogger. Itu saya temukan pada biografi beliau.

Siapakah dia? Beliau adalah  seorang bloggerwati yang  multitalenta, ibu Rita  Wati dari Bali  kelahiran Tanjung Pinang. Beliau berdarah Minang. Kita semua tahu bahwa tanah minang adalah gudangnya para sastrawan dan sastrawati dan beliau adalah termasuk salah satunya.

Membaca  adalah hobinya sejak kecil itulah bekal utama kecintaannya pada buku hingga hobinya itu juga yang akan mengantarkannya menjadi penulis hebat. .   Malam ini kelas di moderator oleh bapak Bambang dari Bandung. Dengan gayanya yang  semanak  bapak bambang mengingatkan kepada semua peserta agar selalu bersemangat  dan tersenyum mengikuti pelatihan ini agar imun    bertambah hingga tubuh tetap sehat dan kuat.

Memulai paparannya, ibu Rita membongkar kisah awal-mula ia menjadi penulis. Menurut beliau sebenarnya keinginan menulis sudah terpendam lama sejak muda tetapi belum ada kesempatan bagi dirinya untuk memulai menulis.  Sembari  membaca paparannya, hati saya berkata bahwa kisah ibu Rita itu sama serupa dengan  yang saya alami.  

Keinginan menulis tersebut pada akhirnya menemukan saluran yaitu dengan cara  beliau menuliskan apa saja yang terlintas di benaknya. Hingga dari coretan-coretan itu lahirlah sebuah cerpen. Satu berhasil dan diteruskan dengan karya coretan lainnya hingga tidak terasa telah tercipta beberapa cerpen, lalu dilanjutkan hingga menulis sebuah novel.

Sungguh sesuatu yang patut di banggakan. Dari sesuatu yang awalnya coretan dari hati hingga menjadi sebuah karya sungguh hal itu merupakan bakat yang terpendam yang telah menemukan kanalnya. Walaupun pada mulanya ada tarik ulur keraguan dalam hatinya, antara rasa percaya diri kalau-kalau karyanya itu layak atau tidak layak di sebut sebagai karya tulis.

Menurut saya, perasaan seperti itu lumrah dialami oleh penulis pemula. Saya juga pernah mengalaminya. Sampai sekarang pun, saya masih belum percaya diri kalau ada teman-teman menyebut saya  sebagai penulis. Dengan rendaah hati saya  bilang pada mereka  bahw saya bukanlah penulis, Saya  hanya  sedang belajar menulis.

Sejak mengikuti kelas menulis inilah rasa percaya diri ibu Rita dibangun. Dengan semangatnya yang luar biasa beliau mengumpulkan tugasnya dengan cepat hingga mendapatkan perhatin dari pemilik kelas, apalagi dari tulisannya  di blog banyak yang memberinya komentar,hal ini sangat memberikan rasa percaya dirinya sebagai penulis. Bahwa hasil tulisannya diakui oleh orang lain apalagi oleh penulis yang sudah memiliki nama, itu cukup meningkatkan harkat dirinya sebagai penulis. 

Itulah awal mulanya tonggak keberhasilannya. Sejak itu beliau sangat menggebu-gebu mengikuti pelatihan hingga selesai.

Selain itu, disela-sela waktunya beliau juga menyempatkan diri  menjadi seorang you tuber dengan seringnya memposting hasil karya digitalnya di media youtube. Selain itu buku-buku karya nya juga sudah banyak. Tulisannya di blog juga keren-keren. sungguh seorang yang multitalenta,  

Yang terakhir dari paparan beliau adalah pesannya pada para peserta yaitu  bagaimana caranya menulis resume yang menarik. Beliu memiliki trik tersendiri anatara lain beliau selalu mengembangkan resume dengan bahasanya sendiri  sesuai dengan gayanya. Kemudian beliau menuliskan kalimat pembuka dan penutup yang memberi kesan tersendiri pada para pembaca.

“ Pengalaman hidup yang akan membentukmu, apakah kamu menjadi orang sukses ataukah orang yang biasa saja, kamu pilih yang mana?”

# Kelas menulis

#Menulis di blog

 

 

Kamis, 15 Juli 2021

 

Resume menulis ke-2

Kelas Belajar Menulis Pertemuan ke-2 Gelombang 19 dan 20 Rabu 14 Juli 2021

Jauhilah Plagiarisme

Sri Andayani

            Alhamdulillah saya pada akhirnya bisa menuliskan resume belajar menulis bersama Kelas Menulis  PGRI asuhan Bapak Wijaya Kusuma atau Om Jay. Saya tidak bisa mengikuti sesi ke-2 ini langsung  karena tiba-tiba badan saya merasa sangat capek lalu tiba-tiba saja saya tertidur padahal saya sudah menunggu kelas belajar ini dari awal.

Tetapi syukurlah materinya ditulis di WA sehingga saya bisa mengikuti pelajaran keesokan harinya dan mempelajari  materinya. Pada sesi ke-2 kali ini dibawakan oleh seorang Narasumber handal yakni Ibu May dari lebak Banten. Beliau adalah mantan peserta menulis pada gelombang 18 di kelas menulis ini.

            Malam ini yang bertindak sebagai moderator adalah seorang ibu yang mengaku sebagai NELI dari Banda Aceh, ibu Rita Wati. Ibu Rita membuka kelas dengan ucapan syukur kepada Allah dan kepada Nabi Muhmmad karena atas berkatNyalah dan atas bimbingan Nabilah kita semua bisa berkumpul dalam satu forum belajar menulis secara daring dalam kondisi sehat walafiat. Karena petunjuk nabilah bahwa kita semua di beri keluasan hati untuk terus mencari ilmu bagi kemaslahatan hudup kita dan juga orang lain. Lalu ibu Rita mengajak kita semua berdoa agar kita semua mendapatkan petunjuk dan kemudaan pemahaman dari Allah SWT.

            Kelas ini di bagi menjadi 3 sesi, antara lain: sesi pebukaan, paparan narasumber, tanya jawab dan penutup. Materi yang di sampaikan oleh ibu Maesaroh,M.Pd adalah “Trik Cepat Menulis Resume di Blog”.Ibu Mae demikian panggilan untuk ibu Maesaroh adalah Wanita ayu kelahiran Lebak Banten. Beliau adalah seorang guru pendidik di SMPN 1 Lebak Banten. Beliau merupakan salah satu peserta berprestasi pada Kelas Belajar Menulis Gelombang 18. Kepiawaiannya dan Semangatnya dalam menulis memang patut di acungi jempol. Ibu Mae selalu menjadi yang tercepat dalam pengumpulan tugas resume di setiap sesi belajar menulis. Beliau dijuluki seorang blogger Milenia karena kepiawiannya menulis di blog.

            Dengan rendah hati ibu Mae menceritakan awal mulanya dia sebagai peserta kelas menulis hingga dipercaya sebagai seorang narasumber. Berawal dari pengalamannya menulis tesis dan seringnya kemampuan itu digunakan untuk membantu teman-temannya hingga lama kelamanan menjadi suatu kebiasaan menulis, yang membuatnya menjadi seorang yang sangat handal. Pengalaman yang patut dicatat dan diteladani adalah kecepatan dalam menulis resume.

 Kesungguhan dan fokus sangat penting dalam belajar. Dalam paparannya beliau menceritakan pengalaman belajarnya antar lain,beliau selalu menyimak dengan sungguh-sungguh ketika narasumber memaparkan materi dan  berusaha memahami sambil memberikann catatan rangkuman, menyimpulkan isi  dan kemudian menuliskannya dengan gaya penulisan sendiri yang  menarik. Sehingga ketika narasumber selesai memberikan materi beliaupun juga selesai menuliskan resumenya. Sungguh kemampuan yang sangat luar biasa.

 Kebiasaannya itupun memberinya hasil,pada pertemuan ke 22. Menurut beliau, dalam waktu 2 hari sudah bisa membuat buku solo yang beliau beri judul “Trik Jitu Menjadi Penulis Milenial” sungguh-sungguh suatu prestasi yang hebat sekali. Menerbitkan sebuah buku merupkan sebuah prestasi dan keberhasilan bagi setiap penulis. Sehingga beliau dinyatakan lulus pada pertemuan ke-23.

Satu hal yang paling menohok saya adalah kata-kata beliau yang terakhir sebagai penutup sekaligus pesannya yaitu jangan sekali-kali menjadi plagiator karena itu pekerjaan yang sangat memalukan bagi seorang penulis, apalagi kalau tulisannya itu dipublikasikan. Selain harus berhadapan dengan masalah hukum jika si pemilik tulisan asli menuntut,kita juga tidak akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain atau pembaca. Sebaliknya pembaca adalah orang yang paling kita layanii karena dari merekah adanya pengakuan tulisan kita. Maka seyogyanya kita memberikan sajian tulisan yang layak bahkan indah untuk mereka.

Memang sulit pada awalnya untuk menulis. Dan sebagai awal-awal kita belajar menulis adalah kita belajar dari tulisan orang lain. Kita bahkan disarankan untuk banyak  membaca  hasil karya tulis para penulis  kelas wahid sehingga kita bisa belajar dari mereka. Banyak ide-ide dan gaya penulisan yang berbeda diantara mereka .Tetapi itu bukan berarti kita menjiplak. Kita bisa meramu ide-ide itu  lalu memodifikasinya  dengan  gaya penulisan yang kita miliki. Sehingga akan membentuk gaya tulisan tersendiri bagi kita yang menjadi ciri khas kita.

Hal lain yang patut di acungi jempol dari beliau adalah semangatnya dalam menulis hingga dalam waktu singkat yakni 6 bulan sudah menghasilkan beberapa buku. Sungguh suatu prestasi yang patut dibanggakan.

Bagaimana caranya menulis resume dengan cepat? Dengan ringkas ibu Mae membuka rahasia tentang trik-triknya menuis resume cepat paada blognya, anatara lain:

1.      Menyiapkan gawai dan laptop   

2.   Menyiapkn mental belajar dan membuat pemikiran positif bahwa resume tercepat itulah yang akan menarik pembaca

3.      Menulis dengan Bahasa yang menarik

4.      Menambahkan referensi / kutipan dari tokohlain

5.      Meramu tulisan dengan bahasa yang khas

6.      Meberi kutipan

7.      Meberikan narasi pembuka dan penutup

8.      Tulisan dalam paragraf pendek-pendek dan mudah dipahami

 

Sebagai pesan terakhir dari paparannya,ibu Mae memberi motivasi pada kita untuk menjadi yang tercepat dalam menyelesaikan tugas dan menjadi yang terbaik. Satu lagi pesannya yaitu menulislah dengan penuh keyakinan di blog. Jadikan menulis sebagai kebiasanmu maka menulislah setiap hari. Jadilah seorang agen perubahan melalui tulisan tetapi jauhilah plagiarime karena itu merupakan kejahatan dalam kepenulisan.

#Kelas Menulis PGRI

#Menulis Resume di Blog

#Pelatihan Menulis Gelombag 19 & 20