MENGELOLA SISWA DI ABAD MILENIA
Dunia nyata anak abad 21
Anak
anak jaman now kata orang memiliki kecenderungan serba cuek terhadap situasi
dan kondisi yang terjadi di sekitarnya. Mereka lebih enjoy dengan dunia mereka
sendiri di bandingkan dengan bersosialisasi dengan masyarakat sekitar atau
dengan lingkungan dalam keluarganya sendiri.
Hal
ini sebagai dampak dari kemajuan teknologi informasi dan technology digital yang semakin menghapuskan sendi sendi interaksi
antar sosial kemasyarakatan dalam kanca pergaulan yang nyata.
Interaksi
dan komunikasi orang tua terhadap anak
menjadi berkurang karena tuntutan ekonomi dan dunia kerja. Lepasnya ikatan
interaksi didalam keluarga memberi indikasi lepasnya kontrol keluarga didalam
perkembangan kepribadian anak. Banyak dari anggota keluarga yang memiliki kesibukan dan kegiatan sendiri sehingga hak hak anak terabaikan oleh orang
tua.
Lemahnya
kontrol keluarga tersebut terkadang dimanfaatkan oleh orang orang yang kurang
bertanggung jawab. Anak anak mencari atau
menciptakan kesibukan sendiri dan
lama kelamaan ini akan membentuk suatu kebiasaan. Pada akhirnya, mereka membentuk komunitas baru didalam
kehidupan mereka yang sesuai dengan keinginan mereka tetapi kadang ini cenderung
kearah negatif.
Inilah
yang sangat dikuwatirkan,
mereka bisa saja terjebak didalam kancah pergaulan yang negatif yang jauh dari
pengawasan orang tua. Ataupun
orang lain yang memanfaatkan keberadaan mereka demi kepentingan meraka sendiri.
Narkoba, tren melukai tangan dengan silet ,pelacuran
anak, bulying, gang
motor, sex bebas, LGBT atau bentuk kenakalan remaaja lainnya .
Bentuk
bentuk perilaku yang menyimpang dari tatanan sosial tersebut saat ini
dipermudah oleh sarana atau media yang serba canggih; medsos, gadzet dan bentuk bentuk aplikasi
android lainnya yang jumlahnya tak terhitung banyaknya, dengan berbagai layanan
aplikasi yang selalu baru dan cenderung menarik minat siswa. Tentu saja semua
itu memberi dampak yang baik dan buruk bagi
anak atau siswa.
Masyarakat
berpengaruh
besar dan memiliki andil terhadap perubahan
karakter social para remaja.
Ini bisa kita lihat dari banyaknya warung warung lesean yang dilengkapi dengan
fasilitas wify berjejeran di sepanjang jalan, dipojok pojok gang sempit, kampung, maupun di kota kota. Sedemikian
maraknya pemakaian gadzet oleh semua
kalangan sudah menjadi hal yang tidak asing lagi. Mereka terlihat konkow
walaupun tentu saja mereka beralasan untuk bisnis, tetapi seringkali kita temui
anak anak kecil usia sekolah dasar maupun menengah ada di tempat tempat seperti
itu . Tentu saja itu bukan lingkungan yang tepat bagi mereka. Mareka nampak asyik sekali di
tempat itu, berbaur dengan
orang dewasa yang bukan keluarganya. Tidak ada lagi
pengawasan dari orang tua tentang apa yang di mainkan dalam gatzetnya atau apapun. Kondisi sosial
masyarakat yang seperti itu
menampakkan
ketidak perdulian dari masyarakat, aparat maupun para pemangku
kekuasaan di wilayah atau daerah tersebut.
Sering
kita dengar atau lihat dibeberapa kota
maupun daerah terlibat bentrok antar pelajar, kebrutalan perilaku pelajar
terhadap guru maupun orang tua, kurangnya tata krama dan kesantunan terhadap
orang yang lebih tua, membunuh teman sendiri karena hal yang sepele, mencuri,
dan merampok kesemua itu merupakan bentuk kenakalan anak anak akibat dari
dampak ketidak perdulian keluarga dan masyarakat sosial. Dan jeleknya adalah
semua bentuk berita atau kejadian itu mudah saja di sebar melalui medsos tanpa
adanya filterisasi atau saringan terlebih
dahulu. Siswa mudah saja meng-upload vidio , gambar , atau ujaran yang kurang
pantas ,atau yang gampang menyulut emosi
orang banyak. Dan lebih aneh lagi mereka pun menirunya. Tidak heran, banyak
siswa tidak berbahasa yang santun terhadap guru ataupun orang yang lebih tua.
Mereka juga bersikap kurang sopan terhadap guru. Fenomena itu bagaikan membooming
di seluruh negeri ini. Ada kesamaan sikap dan karakter siswa di seluruh siswa
di sekolah ini. Inilah yang harus diwaspadai oleh para guru dan orang tua . Dan
ini juga seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memikirkan
pemecahannya.
Walaupun gejala kenakalan remaja tersebut
tidak semua siswa melakukannya, tetapi dikhawatirkan hal ini akan menular pada
siswa yang lainnya . Sekolah harus bertindak tegas terhadap kekeliruan karakter
ini.Sekolah harus segera menegakkan aturan yang tegas terhadap kejanggalan perilaku ini, tetapi sekolah juga butuh
perlindungan hukum yang kuat dalam mengatasi permasalahan itu. Karena ada
indikasi setiap ada permasalahan terhadap siswa pasti guru yang selalu di
persalahkan. Inilah dilemah para guru disekolah, Bagaikan makan buah simalakama
bertindak ini salah melakukan ini keliru.
Perubahan
perilaku anak yang negatif mencerminkan polah asuh yang keliru dari orang tua
terhadap anaknya. Pada kenyataannya, lingkungan sekitarjuga ikut berperan besar dalam memberi nuansa
perubahan perilaku anak. Baik buruknya keluarga dan
masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik dan buruknya perkembangan
kepribadian anak.
Pada akhirnya, sekolahlah yang menjadi
tumpuhan orang tua untuk menitipkan putra putrinya dalam pengawasan pendidikan putra putri mereka. Mereka menganggap
sekolah cukup mampu mewakili ketidakberdayaan
mereka dalam mengurusi perkembangan perilaku dan kepribadian anak anak mereka.
Ini
adalah anggapan dan pemahaman yang keliru dari sebagian orang tua terhadap
sekolah. Mereka justru lebih banyak lepas tangan terhadap pendidikan perilaku
dan karakter anak anak mereka. Pada hal karakter anak seharusnya terbentuk dari
rumah mereka sendiri. Orng tuanyalah yang seharusnya membentuk karakter dan
kepribadian mereka. Karena kita tahu orang tualah yang lebih banyak tahu latar
belakang dan segala hal yang berkenaan dengan informasi tentang anak anak
mereka sejak dari riwayat kehamilan ataupun sejak dari kelahirannya. Peran
orang tua tidak tergantikan oleh siapapun ,baik guru,pengasuh ,ataupun sanak
keluarga mereka. Hendaknya ini disadari betul oleh para orang tua.
Bagaimana
seharusnya peran Sekolah?
Sekolah saat ini lebih cenderung menjadi ibu asuh
bagi siswa disekolah. Sekolah harus mampu
menyesuaikan program sekolah dengan kebutuhan siswa dan kesulitan para
orang tua. Sekolah harus mampu mengantisipasi Fenomena Anak jaman Now yang
serba cuek terhadap situasi dan kondisi
dan cenderung bersikap semau gue, mengabaikan norma kesopanan dan lebih
suka melanggar tata susila didalam
masyarakat? Ini adalah tugas berat sekolah yang dalam hal ini tentu saja para
pekerjaan bagi para guru. Sebagai agen of
change Karakter bagi siswa ,sekolah diharapkan mampu mengubah karakter
siswa yang buruk menjadi berkarakter lebih baik. Ini tugas berat, dan tentu
saja diperlukan kerja sama dari berbagai pihak,orang tua
,masyarakat,pemerintah,instansi terkait dan juga adanya payung hukum bagi guru
untuk melindungi kerja guru dalam melaksanakan.
Tetapi haruslah selalu
diingat bahwa tidak semuanya tugas mendidik anak harus diserahkan kepada sekolah. Tugas utama mendidik anak
tetaplah di pundak para orang tua, sekolah hanyalah membantu dan memberi penguatan dalam
menegakkan kedisiplinan dalam menaati peraturan yang bisa membawa anak anak menjadi
manusia yang seperti diharapkan oleh orang tua yaitu menjadi manusia yang
bermartabat dimata manuasia lain dan Tuhan.
Sekolah
hanya membantu membentuk anak anak memiliki karakter karakter baik bagi anak
didiknya. Sekolah menciptakan
peraturan sekolah dan pembinaannya, agar ditaati oleh segenap anggota sekolah. Sekolah menuntut
setiap para siswanya untuk taat, oleh
karena itu berbagai jenis disiplin diadakan.
Tujuannya adalah untuk menciptakan ketertiban ,keteraturan,kenyamanan
ketentraman bagi semua warga sekolah. Tetapi harus diingat bahwa Peraturan yang
di buat sebisa mungkin meningkatkan
mental sehat dan memberikan cukup
kebebasan siswa untuk berbuat dan bertanggung jawab sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri. Pelaksanaan
kedisplinan harus tanpa bulu dan tidak
memihak sebagian siswa maupun guru. Jangan sampai ada siswa yang merasa
dikucilkan dan di benci. Sehingga timbul rasa ketidak adilan dan kesewenang
wenangan diantara mereka. Yang pada akhirnya menimbulkan rasa dendam dan sikap
emosional .
Di rumah,
seharusnya orang tua juga
menerapkan kedisiplinan yang sama, sehingga apa yang di terapkan di sekolah sinkron
dengan yang diterapkan di rumah. Dalam hal ini
dibutuhkan komunikasi yang baik antara pihak sekolah dan orang tua. Jika di sekolah dan dirumah anak membiasakan hal hal yang baik
dalam melakukan pembiasaan kedisiplinan, menegakkan peraturan, dan menciptakan
rasa kasih sayang akan mewujudkan kesempatan kepada anak untuk berkembang dan berbuat sesuai dengan kemampuannya,
bahkan akan berkembang menjadi disiplin
diri (self discipline) yang didasari
rasa keikhlasan yang untuk patuh dan taat terhadap peraturan. Disiplin diri harus dibentuk
melalui:
1.
Hubungan emosional yang
kondusif antara guru dan siswa dan orang tua.
2.
Adanya contoh keteladanan
dari para guru dan orang tua.Pengembangan disiplin adalah penataan lingkungan
yang match dengan kondisi anak.
3.
Menciptakan
lingkungan sekolah yang cocok dengan kebutuhan siswa.
4.
Adanya saling ketergantungan
satu sama lain dalam berintraksi
5.
Guru serta orang
tua memiliki wibawa dalam penerapannya.
Kalau senua pihak di lingkungan berperan sesuai dengan
peranannya masing masing maka sekolah
sebagai agen of change karakter siswa akan
mampu mengubah perilaku karakter yang buruk menjadi lebih baik akan
berhasil.